Skip to content

Berlebihan dalam Beribadah

berlebihan dalam beribadah“Sesungguhnya agama itu mudah, dan siapa saja yang mempersulit agama, maka ia akan kalah. Oleh karena itu sedang-sedanglah, dekatkan diri kalian (kepada Allah) dan bersuka hatilah kalian serta pergunakanlah waktu pagi, sore, serta sedikit dari waktu malam (untuk mendekatkan diri)” (HR. Bukhari)

Sahabat, banyak orang yang terjebak prasangkanya sendiri, menganggap Islam adalah agama yang menyulitkan umatnya. Padahal justru Islam adalah agama yang mudah, akan tetapi banyak di antara umatnya yang mempersulit dirinya sendiri.

Dalam Islam, Allah dan RasulNya senantiasa menyuruh kita melakukan ibadah sesuai kemampuan, tidak berlebihan.

Kita diperintahkan berpuasa, tetapi juga harus makan sahur dan berbuka. Kita dilarang untuk melampiaskan syahwat dengan berzina, namun kita juga diberi pahala ketika melampiaskan syahwat dalam pernikahan. Kita disuruh bersedekah, namun yang paling utama adalah sedekah untuk diri sendiri dan orang yang menjadi tanggungan kita terlebih dahulu sebelum mampu bersedekah untuk orang lain.

Sehingga cukuplah dikatakan berlebihan, seseorang yang berpuasa tanpa sahur dan berbuka dengan menganggap bahwa hal tersebut lebih mulia di hadapan Allah. Juga dikatakan berlebihan orang yang senantiasa berada di dalam masjid tanpa mau bergaul dengan manusia lainnya di luar masjid karena khawatir tertimpa fitnah duniawi. Atau, orang yang menyedekahkan seluruh penghasilannya tanpa meninggalkan bagian untuk keluarga dan kerabatnya.

Sungguh, Islam begitu adil dan luar biasa, pasti ada hikmah besar dalam setiap perintah dan larangan untuk umatnya. Oleh sebab itu, Rasulullah amat mencela orang yang berlebihan dalam beribadah hingga mempersulit dirinya sendiri.

“Semoga binasa orang-orang yang berlebih-lebihan dalam menjalankan ibadah,” beliau mengutarakan demikian sampai tiga kali. (HR. Muslim)

Jelas bahwa Rasulullah mencela umatnya yang menyusahkan diri sendiri dalam beribadah, sehingga mereka membuat orang lain di luar Islam berpikir bahwa dien ini begitu mempersulit kehidupan manusia. Padahal, Islam justru hadir untuk membahagiakan manusia dengan aturan-aturan hidup yang membawa kemudahan.

“Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan kerahiban padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka.” (HR. Abu Daud)

Bahkan ketika ada dari kalangan sahabat maupun shahabiyah yang berlebihan dalam beribadah, maka Rasulullah akan langsung menegur mereka.

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa seorang perempuan berjalan bersamanya. Di sampingnya juga ada Rasulullah Saw, lalu Aisyah ra berkata, “Ini adalah fulanah, orang-orang mengatakan bahwa dia tidak tidur pada malam hari (untuk beribadah).” maka Rasulullah bersabda, “Dia tidak tidur pada malam hari? Kerjakanlah amal seberapa yang kamu mampu. Demi Allah, Tuhan tidak akan bosan hingga kamulah yang bosan.” (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thabarani)

Dalam sebuah hadits lainnya, Rasulullah dengan gamblang menyuruh umatnya untuk mempermudah urusan, termasuklah urusan dalam hal beribadah.

“Kalian permudahlah jangan mempersulit, menyenangkanlah jangan membuat mereka lari!” (HR. Bukhari No. 69 Kitabu Ilmi, shahih]

Sahabat, sesungguhnya Islam menghendaki keseimbangan, karena dalam diri kita terdapat banyak hak yang harus dipenuhi. Mata kita punya hak untuk tidur terpejam, badan kita punya hak untuk beristirahat, pasangan hidup dan anak-anak kita punya hak untuk bercengkrama bersama kita, perusahaan memiliki hak atas kontribusi kita, demikian pula Allah dan RasulNya punya hak atas diri kita.

Semua memiliki porsi haknya masing-masing, maka tak perlu berlebihan dalam memberi hak yang satu hingga mengabaikan hak yang lainnya. Allah sendiri telah mengungkapkan dengan sangat indah mengenai hal ini:

“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash 77).

Maka semoga kita termasuk golongan orang-orang yang seimbang dalam beribadah, tidak berlebih-lebihan, namun juga tidak mengurang-ngurangkannya. Aamiin. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa