Sahabat, dalam beribadah pun rupanya kita terbagi-bagi ke dalam beberapa golongan. Tentu saja kesemua golongan ini baik adanya dikarenakan ketaatan dalam menjalankan ibadah yang Allah perintahkan.
Akan tetapi yang membuatnya berbeda adalah motivasi penggeraknya, dan sesungguhnya motivasi atau niat ini amatlah menentukan, sudah sampai di tahap manakah kualitas ibadah kita pada Allah? Apakah kita masuk dalam golongan budak, pedagang, atau Kekasihnya?
1. Golongan Budak
Orang-orang dalam golongan ini beribadah pada Allah layaknya seorang budak yang bekerja karena takut pada majikannya.
Lihatlah bagaimana seseorang yang mengerjakan shalat karena takut mendapat dosa, menghindari maksiat karena takut siksa, dan beramal shaleh karena takut neraka, seluruh ibadahnya dimotivasi oleh ketakutan.
Benar bahwa azab Allah adalah sesuatu yang harus kita takuti:
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al Israa’: 57)
Namun jangan sampai kita berhenti pada rasa takut seperti ini, karena dengan demikian kita menjadikan Allah sebagai Tuhan yang seolah-olah mengerikan, suka menyiksa hambaNya, senang mengazab manusia, padahal Allah adalah Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Bukankah hal ini amat tidak adil bagiNya?
Ditambah lagi, beribadah hanya semata-mata karena takut neraka, seolah-olah tak mengandung keikhlasan. Jika Allah tak menciptakan neraka, apakah Ia tak layak untuk disembah?
Maka imbangilah rasa takut dengan rasa harap, dan jadikan diri kita sebagai budak/hamba dari Tuhan yang Maha Penyayang. Sehingga kita akan lebih mampu merasakan lezatnya ibadah.
Jika diibaratkan dengan seorang pekerja kantoran, bukankah amat berbeda antara seorang pegawai yang bekerja tepat waktu karena takut dihukum, bekerja baik-baik karena takut dipecat, dengan mereka yang bekerja tepat waktu dan sebaik-baiknya karena memang menyukai pekerjaannya? Sudah pasti kualitas kinerjanya jauh berbeda!
2. Golongan Pedagang
Apa yang biasa dikerjakan oleh pedagang? Tentu saja menimbang-nimbang untung rugi. Mana ada pedagang yang mau merugi?
Orang-orang di golongan pedagang ini beribadah pada Allah dengan menghitung-hitung pahala dan dosa. Mereka akan senantiasa senang menjalankan ibadah yang memiliki banyak manfaat.
Misalnya bersedekah, tak hanya mendapat pahala, namun juga memperoleh balasan berkali lipat di dunia, maka orang-orang di golongan ini takkan menyia-nyiakan kesempatan, mereka akan mengambil untung sebesar-besarnya dengan melakukan banyak amalan sedekah dan saling berlomba-lomba beramal shaleh.
Apakah beribadah sebagaimana seorang pedagang yang memperhitungkan untung rugi adalah keliru? Tentu tidak! Bahkan Allah sendiri yang menyatakan bahwa berniaga denganNya takkan pernah merugi.
“Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Akan tetapi, jika kita bisa melangkah ke tahapan selanjutnya, yakni masuk dalam golongan para kekasih, tentunya kita akan jauh lebih beruntung!
3. Golongan Kekasih
Orang-orang dalam golongan ini beribadah pada Allah karena cinta padaNya. Mereka tak perhitungan lagi soal pahala dan dosa, amalan yang dilakukan semata-mata agar memperoleh ridhoNya dan berharap perjumpaan denganNya.
“Jika penduduk surga memasuki surga, Allah Ta’ala pun mengatakan pada mereka, ‘Apakah kalian ingin sesuatu sebagai tambahan untuk kalian?’
‘Bukankah engkau telah membuat wajah kami menjadi berseri, telah memasukkan kami ke dalam surga dan membebaskan kami dari siksa neraka?’ tanya penduduk surga tadi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah pun membuka hijab (tirai). Maka mereka tidak pernah diberi nikmat yang begitu mereka suka dibanding dengan nikmat melihat wajah Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim no.181)
Bukankah seseorang yang jatuh cinta, takkan mengharap balasan apapun kecuali dicintai pula oleh kekasih?
Inilah golongan Nabi dan Rasul, mereka beribadah pada Allah dengan harap dan cemas, serta berkeinginan menjadi kekasihNya.
Yang namanya kekasih tentu saja akan selalu berusaha melayani pujaan hatinya, tak ingin sang pujaan kecewa, apalagi sampai murka.
Sungguh beruntung jika kita bisa beribadah sebagaimana ibadahnya golongan kekasih Allah. Siang malam disibukkan dengan perbuatan baik dan amalan shaleh.
Sahabat, semoga Allah mengaruniakan kita cintaNya dan kecintaan dalam beribadah padaNya. Aamiin. (SH)