Skip to content

Bahaya Beramal Shaleh dengan Niat Duniawi

niat duniawi“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Huud: 15-16)

Sahabat, pernahkah bersedekah karena berharap mendapat harta sepuluh kali lipat dari jumlah yang diinfakkan? Atau, bersedekah agar penyakit disembuhkan, jodoh didekatkan, bala bencana dijauhkan?

Sebenarnya segala hal yang disebutkan di atas memang benar merupakan keuntungan plus plus dari perbuatan bersedekah, namun celakalah kita jika menjadikan keuntungan sampingan tersebut justru sebagai niatan utama dalam beramal shaleh.

Jangan-jangan kita takkan mendapat kebaikan apapun di akhirat kelak karena balasannya sudah Allah lunaskan di dunia ini sebagaimana apa yang kita niatkan. Astaghfirullah.

Sama seperti seorang yang menuntut ilmu agama hingga ke universitas besar dan terkenal di Mesir, Arab, atau manapun, namun hanya dengan niatan agar bisa mendapat pekerjaan dengan gaji layak atau niat ingin dipandang sebagai seorang yang berilmu. Bukankah hal ini justru menunjukkan kebodohannya?

Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, akan tetapi dia tidak mencari ilmu kecuali untuk mendapatkan bagian dari kekayaan dunia maka dia tidak akan mendapatkan wanginya surga pada hari kiamat kelak.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Atau, seseorang yang berdakwah menyampaikan kebaikan dan ayat-ayat Allah pada banyak orang, jamaah, dan majelis taklim, namun dengan mengharapkan nominal dalam amplop semata, sehingga ia amat murka manakala tak memperoleh imbalan yang diharapkan.

Na’udzubillah min dzalik, bukankah amat merugi jika kehendak duniawi kita jadikan latar perbuatan amal shaleh yang dilakukan?

Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia’, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 200)

Sahabat, tidakkah ridho Allah jauh lebih layak dari keuntungan duniawi yang bisa kita peroleh karena suatu amalan?

Setidaknya ada beberapa hal yang perlu kita pahami agar menyadari betapa meruginya beramal shaleh hanya untuk memperoleh nikmat dunia:

1. Allah takkan memberi Pertolongannya di dunia kecuali sekadar saja

Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai puncak niatannya, niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran menghantui dirinya, sedangkan dunia tidak akan datang kepadanya melainkan sekedar apa yang telah ditetapkan. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat itu niatnya, niscaya Allah menghimpunkan segala urusannya serta menciptakan rasa cukup dalam hatinya sementara dunia datang tunduk kepadanya dalam keadaan hina.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari hadits Zaid bin Tsabit)

Memang tiada salahnya jika kita memotivasi diri beramal shaleh dengan iming-iming keuntungan duniawi. Akan tetapi jangan sampai hal ini menjadi kebiasaan apalagi jika dijadikan niat utama, karena sangat mungkin keinginan duniawi itu tercapai, namun Allah justru menghinakan kita dengannya.

2. Beramal shaleh dengan niatan duniawi bisa tergolong perbuatan syirik

Bukankah mengharapkan keuntungan duniawi di atas keridhoan Allah seolah-olah telah menyekutukan Allah dengan selainNya?

Berarti bagi kita lebih penting memiliki keturunan daripada mendapat ridhoNya jika kita bersedekah sekian banyak dengan niatan ingin diberi keturunan.

Memang niat yang ada di hati amat sulit dikendalikan, oleh sebab itu Rasulullah mengajarkan doa agar kita diampuni dari perbuatan syirik yang disadari maupun tidak.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui (sadari)” (HR. Bukhari)

3. Takkan mendapat kebaikan apapun di akhirat kelak

Kerugian besar lainnya adalah hilangnya kebaikan untuk kita di akhirat kelak jika beramal shaleh hanya untuk tujuan duniawi.

Berhaji dan umroh hanya untuk pencitraan agar terpilih sebagai pemimpin daerah, ikut pengajian hanya untuk bisa menawarkan barang dagangan pada ibu-ibu lainnya, berwakaf hanya agar diakui sebagai hartawan yang dermawan, atau bekerja hanya untuk mendapat gaji. Sungguh amat disayangkan karena sebenarnya kita bisa mendapat dunia akhirat dari amalan tersebut.

Umat ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Al Hakim dan Al Baiaqi. Al Hakim mengatakan sanadnya shahih. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib)

Sahabat, semoga kita senantiasa disadari untuk mengikhlaskan setiap amal shaleh yang diperbuat, serta belajar menjadikan ridho Allah sebagai tujuan utama, bukan sekadar mendapat keuntungan dunia, bahkan tidak juga sekadar mendapat tempat di surgaNya. Tidak layakkah Allah disembah dan dicintai jika Ia tak menciptakan surga dan neraka?

Mudah-mudahan Allah senantiasa membantu membaguskan niatan kita dalam beramal shaleh. Aamiin. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa