Skip to content

Belum Bersyukur Jika Masih Seperti Ini

bersyukur“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.Ibrahim: 7)

Banyak orang yang ingin mereguk kenikmatan lebih besar dengan cara bekerja semakin keras, tetapi nyatanya tak sedikit yang justru merasa hatinya hampa dan tubuhnya lelah. Hal ini disebabkan banyak yang tak menyadari bukan kerja keras yang bisa menambah kenikmatan, melainkan rasa syukur kita.

Sahabat, pernahkah berpikir mengapa bersyukur bisa menambah kenikmatan?

Ya, tentu saja karena hal tersebut sudah menjadi sunatullah, hukum alam yang berlaku meskipun orang tak mempercayainya. Sebagaimana orang yang tak percaya pada adanya gaya tarik bumi, tetap saja jika ia melompat dari gedung sambil berteriak “Saya tak percaya gravitasi!” ia akan terjatuh ke bawah. Sepasti itulah sunatullah terjadi di alam semesta!

Maka, percaya tak percaya, satu-satunya cara untuk menambah kenikmatan hidup yaa hanya dengan bersyukur, bukan dengan sekadar bekerja keras apalagi berhura-hura dan berfoya-foya!

Lalu apa ruginya jika ternyata kita belum menjadi hamba Allah yang bersyukur? Ruginya tentu ada banyak.

Yang pertama, Allah bisa saja sewaktu-waktu mencabut nikmatNya yang ada pada kita. Yang tadinya sehat, dibuatNya menjadi sakit. Yang tadinya punya kendaraan, dicabutNya nikmat kendaraan, yang tadinya organ tubuh lengkap, diambilnya hingga menjadi tak sempurna. Yang tadinya punya keluarga lengkap, diambilNya satu per satu.

Kedua, dan sebenarnya hal inilah azab yang lebih pedih, jika seseorang tidak bersyukur maka ia tak bisa merasakan kepuasan dalam hidup, sekalipun ia memiliki segalanya!

Punya rumah mewah, kendaraan berjejer di garasi, tabungan banyak, istri cantik, anak cerdas, jabatan tinggi, namun tetap saja hidupnya terasa hampa! Orang seperti ini takkan bisa mengerti rasanya kelezatan hidup yang sebenarnya, ia kosong.

Sahabat, berikut ini beberapa indikasi jika kita belum bersyukur, in syaa Allah bisa menjadi bahan introspeksi untuk memperbaiki keadaan kita saat ini, agar Allah memberikan rasa lezat dalam hati kita atas apapun nikmat yang Ia beri:

1. Masih merasa seharusnya saya seperti ini dan seperti itu!

“Seharusnya saya punya tabungan sekian Milyar!”

“Hidup saya lebih lengkap jika mempunyai seorang putra!”

“Kalau saja waktu itu saya mengambil kesempatan itu…”

“Seandainya saya tidak ditimpa penyakit ini…”

Sahabat, percayalah bahwa yang terjadi adalah yang terbaik! Jika hati kita masih merasa… Seharusnya saya bisa seperti ini dan seperti itu, tidak begini dan tidak begitu, sangat mungkin hal ini bersumber dari hati yang kurang atau belum bersyukur.

Seseorang yang bersyukur akan berfokus pada apa yang ada, orang yang belum bersyukur akan berfokus pada apa yang tidak ada. Ini merupakan kunci untuk mengetahui sudahkah kita bersyukur?

2. Tidak menghargai nikmat kecil

“Alaaah… Cuma dapat untung segini doang!”

“Saya hampir tertabrak tadi, memang tidak sampai terluka, tapi lihatlah mobil saya lecet!”

Sahabat, apakah kita masih pilih-pilih nikmat? Nikmat yang kecil tidak dianggap, nikmat yang tampak besar barulah kita akan bersyukur? Jika demikian berarti kita belum menyadari hakikat bersyukur yang sesungguhnya!

“Siapa-saja yang tidak bisa menghargai nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan bisa menghargai nikmat yang banyak” (Hadits)

Orang yang benar-benar mengerti cara bersyukur bahkan bisa mensyukuri hal-hal yang tidak terjadi pada dirinya, ia bisa bersyukur karena tak mengalami hal-hal buruk, misalnya tidak sakit, tidak kecelakaan, tidak terluka, tidak merugi.

“Alhamdulillah cuma lecet mobil, saya tidak terluka apa-apa!”

“Alhamdulillan saya tidak rugi, masih bisa dapat untung meski sedikit.”

3. Masih menganggap nikmat lebih penting daripada bersyukur

Jika kita masih mengira kedudukan nikmat yang Allah beri adalah lebih penting daripada kesyukuran dalam hati kita, sangat mungkin kita belum benar-benar pandai bersyukur.

Karena sesungguhnya rasa syukur dalam hati jauh lebih penting daripada nikmat itu sendiri. Ibaratnya orang lebih senang punya ikan daripada alat pancing, aneh bukan? Karena sebenarnya alat pancing itulah yang bisa menambah ikan lebih banyak, namun orang tersebut tak mengerti.

Sahabat, jika kita ingin pandai bersyukur… Perlu memahami bahwa kedudukan syukur lebih utama daripada kenikmatan itu sendiri! Bukan nikmat yang membuat kita bahagia, melainkan rasa syukur kita. Bukan nikmat yang membuat kita dekat pada Allah, melainkan rasa syukur kita.

“Tidaklah seorang hamba diberi nikmat oleh Allah, lalu ia mengucapkan: Al-Hamdulillah, melainkan –ucapan– yang dia berikan itu lebih utama dari –nikmat– yang dia peroleh (H.R. Ibnu Majah)

4. Masih mengira bersyukur adalah untuk Allah

Sama seperti seorang anak kecil yang makan karena diperintah orangtuanya, ia tak menyadari bahwa sebenarnya makan merupakan kebutuhan dirinya  sendiri.

Demikian juga orang yang bersyukur karena merasa itu adalah perintah Allah, seolah-olah Allah membutuhkan kesyukuran kita, padahal Allah Maha Kaya.

“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman(31) :12)

5. Masih suka meninggalkan ibadah

Orang yang meninggalkan ibadah sudah pasti karena belum bisa merasakan lezatnya ibadah, terutama ibadah dalam arti khusus seperti shalat, berdzikir, berpuasa. Ini juga bisa mengindikasikan bahwa kesyukurannya pada Allah masih belum sempurna.

Bagaimana pun, yang disebut syukur bukan hanya aktivitas hati dan lisan semata, melainkan dibuktikan juga dengan ibadah fisik.

Lihatlah Rasulullah yang tetap bangun shalat malam, berpuasa, bersedekah luar biasa, padahal ia adalah kekasih Allah yang sudah terjamin masuk surga. Justru karena itulah ibadahnya makin terasa lezat dan makin membuatnya tak bisa meninggalkannya.

Oleh sebab itu, penting sekali berdoa agar Allah senantiasa menetapkan hati kita agar selalu memperbaharui kesyukuran dan memperbaiki ibadah padaNya.

“Ya Allah tolonglah kami untuk selalu ingat kepada Mu, untuk selalu bersyukur kepada Mu, dan untuk selalu memperbaiki ibadat kepada Mu.”

Semoga kita terhitung sebagai hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa