Skip to content

Cinta Karena Terbiasa

cinta karena terbiasa“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah…” (QS. Al Baqarah: 165)

Sahabat, mengapa umat Islam diwajibkan shalat 5 waktu setiap harinya? Bahkan masih ada beberapa waktu lagi di saat pagi dan malam hari yang disediakan bagi hamba Allah yang merasa 5 waktu tersebut belumlah cukup.

Bagi orang-orang yang memiliki kepadatan aktivitas atau hatinya dipenuhi dengan urusan duniawi, mungkin saja berpikir bahwa beribadah 5 waktu sehari semalam adalah perintah yang amat sulit, mengapa harus begitu sering melakukan shalat, di masjid pula, sedangkan ada umat lain yang cukup mengunjungi rumah ibadahnya sekali saja dalam sepekan?

Terbayangkah apa yang terjadi jika perintah shalat bagi tiap muslim hanya wajib dilaksanakan sekali dalam seminggu, yakni di hari Jumat saja? Bagaimana kita bisa menumbuhkan cinta pada Allah sementara intensitas pertemuan denganNya begitu jarang?

Bukankah cinta hadir dalam hati biasanya disebabkan oleh seringnya bertemu dan berkomunikasi? Jika dengan rekan kerja dan bos saja kita bisa intens bertemu dan mengobrol beberapa kali dalam sehari, apa yang menyebabkan kita enggan bertemu Allah minimal 5 kali sehari semalam untuk berkomunikasi denganNya?

Sahabat, Allah seolah ingin mengajari kita cara mencintaiNya dengan memerintahkan shalat 5 waktu tiap harinya. Kita diminta meninggalkan segala urusan keduniaan begitu mendengar panggilan adzan. Bukankah begitulah hal yang dilakukan oleh para pecinta?

Seorang pria yang mencintai wanitanya akan segera menjawab panggilan meskipun hpnya baru berdering sekali saja dari sang kekasih. Demikian pula hamba yang mencintai Allah, akan merindukan panggilan untuk shalat menemuiNya, dan takkan mengulur-ulur hingga sampai di ujung waktu shalat.

Adakah seseorang yang mengaku cinta namun malas bertemu dan berbincang dengan yang dicintainya? Bisa dipastikan cintanya itu hanya sebatas ‘lip service’ yang takkan bisa dibuktikan!

Begitu pula seseorang yang mengaku cinta Allah, meskipun ia amat gemar bersedekah untuk orang miskin di sekitarnya, berakhlak mulia dengan setiap orang yang dikenalnya, namun jika ia memiliki prinsip “Tak perlu shalat, yang penting baik hati pada sesama!” maka bisa jadi tertolaklah pengakuan cintanya pada Allah. Apakah ia menyangka manusia yang akan mengganjar segala kebaikannya?

Sama saja seperti seseorang yang kuliah di sebuah universitas, ia baik pada semua mahasiswa di sana, ramah, amat populer dan disukai hampir semua orang, namun ia jarang menghadiri kelas perkuliahan dan hampir tak pernah mengerjakan tugas yang diperintahkan dosen, mungkinkah ia akan lulus dari universitas tersebut dengan menggenggam ijazah dan transkip nilai?

Sahabat, karena cinta itu pasti tumbuh karena telah terbiasa, yakni disebabkan oleh intensitas pertemuan serta keakraban dan kenyamanan dalam berkomunikasi, maka hendaknya kita selalu mengingat untuk memperbanyak shalat sunah di samping yang wajib, dan yang lebih penting lagi adalah memperbagus kekhusyu’an kita tatkala shalat menghadapNya. Begitulah salah satu cara untuk menumbuhkan cinta pada Allah.

Mudah-mudahan kita tidak keliru dalam menumbuhkan cinta, yakni lebih memilih cinta pada makhluk ketimbang cinta Allah, karena jika demikian maka sungguh kesedihanlah yang akan kita peroleh.

Sungguh cinta pada makhluk adalah keniscayaan, sudah fitrah manusia untuk mencintai keindahan, kekayaan, keuntungan, namun di atas semua itu, cinta pada Allah dan RasulNya merupakan prioritas terpenting untuk senantiasa dipupuk dan diutamakan.

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah: 24)

Sahabat, selamat menumbuhkan cinta padaNya! Tentunya dengan memanfaatkan setiap momen perjumpaan dengan Allah dalam tiap rakaat shalat yang kita laksanakan. In syaa Allah cinta akan tumbuh karena telah terbiasa. Mari selalu membiasakan diri mengingatNya dan memprioritaskanNya lebih dari apapun juga. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa