Suatu hari Rasulullah shallallaahu ’alaihiwasallam bertemu dengan Haritsah dan bertanya, “Wahai Haritsah r.a., bagaimana kabarmu?” Maka Haritsah r.a. menjawab, “Saya dalam keadaan beriman kepada Allah”. Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam bertanya lagi, “Tinjaulah hakikat perkataanmu, sebab segala sesuatu memiliki hakikat?” Maksudnya, beliau meminta agar Haritsah r.a. menerangkan atas sebab apa ia menyatakan dirinya dalam keadaan beriman kepada Allah. Haritsah r.a. pun menjelaskan, “Sama saja di hadapan saya ini antara emas dan batu. Dan seolah-olah saya melihat ‘Arasy Allah jelas di hadapan saya, serta seolah-olah saya melihat para penghuni surga saling mengunjungi dan para penghuni neraka berteriak-teriak meminta tolong”.
Sahabat, dalam diri setiap kita terkandung iman. Iman yang ada di dalam dada ini berbeda-beda tingkatannya antara orang yang satu dengan yang lainnya. Para sahabat Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam di zaman dahulu menyebutkan bahwa iman ini terkadang bertambah namun terkadang berkurang, terkadang naik terkadang turun. Sungguh, tantangan iman di zaman sekarang ini amat jauh lebih berat. Dan iman bukan lagi hanya naik dan turun, tetapi bisa keluar masuk. Terkadang di dalam dada ini amat takut mengerjakan dosa sebab iman sedang bersemayam dalam hati. Tapi terkadang hasutan syaitan dan nafsu, mengusir iman dari tempat persemayamannya di dalam hati.
Amatlah beruntung orang-orang yang meskipun berada di zaman yang penuh dengan fitnah, namun senantiasa berpegang pada ajaran Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam. Sebagaimana dalam sebuah hadits, yang maknanya, “Barangsiapa berpegang pada Sunnahku di saat ummatku diliputi kerusakan, maka baginya pahala 100 syuhada”. Sangat besar sekali pahala kebaikan orang-orang yang selalu berpegang pada sunnah-sunnah dan ajaran Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam.
Jika kebanyakan wanita buka-bukaan aurat, tapi para muslimah tetap kokoh dalam berjilbab, semoga Allah memasukkan mereka yang kokoh berjilbab ke dalam golongan utama yang medapatkan pahala 100 syuhada. Jika banyak orang yang mencampuradukkan hartanya dengan harta-harta syubhat bahkan haram, lalu Anda sekeluarga tetap teguh dalam mencari nafkah hanya harta yang halal saja dan selalu menghindari yang tak halal, maka semoga Allah memasukkan Anda sekeluarga ke dalam golongan yang dijanjikan 100 pahala syuhada. Jika kebanyakan orang menimbun hartanya sebab takut tertimpa kefakiran dan tak yakin pada janji Allah bahwa setiap sedekah akan Allah balas dengan rezeki berlipat, tetapi kita senantiasa mendawamkan sedekah bahkan wakaf, maka semoga Allah menggolongkan kita sebagai penerima pahala 100 pahala orang yang syahid di jalan Allah. Jika para syuhada berjuang dengan jiwanya, maka kita telah berjuang dengan harta kita. Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hujurat ayat 15, yang maknanya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Kurniaddin Mahmud)