“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.” (QS. Al-Ma’arij : 4)
Sahabat, berapa lamakah hidup kita di dunia ini? Jika kita menganggap hidup kita adalah sekian puluh tahun, maka kita perlu berpikir ulang.
Sesungguhnya kita tinggal di dunia ini hanya sesaat saja, yakni dalam hitungan menit dan detik saja, dan hal ini baru kita sadari setelah berada di padang Mahsyar kelak:
Lihatlah firman Allah di dalam Qur’an saat menanyakan berapa lama kita hidup di dunia.
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,”
Maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung.
Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al Mukminun: 112-114)
Sahabat, pantas saja dunia ini tak layak disandingkan dengan akhirat, karena kita hanya numpang lewat di dunia, sekadar menjawab satu atau dua soal ujian saja, lalu pergi dan menyaksikan bagaimana hasil ujian kita.
Hidup di dunia ini sungguh singkat, hanya sesaat saja di waktu pagi, siang, atau sore hari, akan tetapi waktu yang singkat ini sekaligus sangat menentukan tempat tinggal kita di akhirat kelak:
“Pada waktu mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (QS. An Nazi’at: 46)
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. Yunus: 45)
Sahabat, setelah mengetahui hidup yang begitu singkat. Kita tentu memerlukan panduan apa yang perlu dilakukan dalam waktu yang sebentar ini, agar tidak terlena dengan kehidupan dunia yang hanya tempat singgah saja. Inilah beberapa hal yang perlu diterapkan:
- Menyadari kehidupan dunia hanyalah setetes air, kehidupan akhirat adalah seluas samudera
Jika kita menganggap dunia ini adalah segalanya, jelas saja kita enggan menabung untuk akhirat kelak. Kita akan menghabiskan waktu untuk hal-hal bersifat duniawi yang tak membawa maslahat bagi kehidupan akhirat. Kita akan habiskan harta hanya untuk kenikmatan nafsu dan syahwat belaka.
Akan tetapi jika sudah sadar betul bahwa hidup di dunia ini amat singkat, maka akan memotivasi kita untuk mengumpulkan amal shaleh sebagai bekal akhirat.
“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat? (itulah perumpamaan dunia, sedangkan lautan yang tertinggal adalah kehidupan akhirat)” (HR Muslim)
- Memperhitungkan amalan apa saja yang telah diperbuat
Jangan terpesona dengan hal-hal fisik yang telah kita lakukan, misalnya shalat, puasa, zakat, sedekah, karena sesungguhnya yang lebih diperhitungkan oleh Allah adalah apa-apa yang ada di dalam hati kita: kesabaran, kesyukuran, keikhlasan, rendah hati.
Hampir-hampir tidak bermanfaat amal ibadah yang kita perbuat jika hati kita memandang tinggi amalan tersebut yang menyebabkan kita ujub dan mendapat kebencian Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS al-Hasyr : 18)
- Mengutamakan amalan-amalan utama yang bisa meringankan kehidupan setelah kematian
Ada amalan yang pahala kebaikannya hanya mengalir saat kita melakukannya, dan otomatis terhenti saat kita telah meninggal dunia. Namun ada pula amalan yang pahala kebaikannya bisa terus mengalir sekalipun kita telah wafat.
Sebaiknya amalan seperti inilah yang kita utamakan pengerjaannya, mengingat betapa singkatnya hidup, kita memiliki waktu terbatas maka perlu melakukan amalan yang tak terbatas waktu.
Apa saja amalan yang akan terus mengalir kebaikannya tanpa terbatas oleh kematian? Mari kita simak kembali hadits Rasulullah:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Oleh sebab itu 3 amal yang perlu kita upayakan dengan lebih fokus adalah: 1. Berwakaf (sedekah jariyah), 2. Menyebarkan ilmu yang dimiliki, 3. Mendidik anak shaleh.
Jika memiliki uang berlebih, tanyakan pada diri sudahkah menyisihkan untuk berwakaf?
Jika memiliki waktu berlebih, tanyakan diri apakah telah menyebar ilmu bermanfaat untuk orang lain?
Jika memiliki keluarga, tanyakan diri apakah sudah mendidik anak dengan akhlak baik dan amal shaleh? Atau hanya sebatas memenuhi kebutuhan fisik anak saja?
Sahabat, hidup ini singkat, sudahkah kita menyadarinya? Jika sudah, apakah kita telah cukup mempersiapkan bekal untuk kehidupan selanjutnya? Yakni dengan melakukan amal ibadah dan amal shaleh?
Jangan sampai kita salah strategi dalam mengisi hidup yang singkat ini, hanya untuk memuaskan nafsu mata, perut, syahwat, dengan rumah mewah, kendaraan bagus, pakaian dan sepatu branded, dan segala hal lain yang takkan kita bawa ke akhirat. Na’udzubillah min dzalik. (SH)
Baca Juga: Siapkah Mati Hari Ini?