Skip to content

Hidup Sebenarnya Cerminan Diri

cerminan diriSeekor anjing berwajah galak berhasil memasuki rumah seribu cermin. Di dalam rumah itu memang ada sangat banyak cermin terpasang di dinding.

Begitu pintu rumah cermin terbuka, anjing itu terkejut luar biasa. Bagaimana tidak, ia melihat ada ribuan anjing berwajah mengerikan di dalam rumah itu. Ribuan anjing itu memperlihatkan wajah galak dalam ekspresi kaget.

Spontan anjing itu pun menyalak ke arah ribuan cermin. Bisa ditebak… Suara salakan yang nyaring segera memantul ke seluruh ruangan, terdengar mengerikan.

Sang anjing makin ketakutan melihat ribuan anjing di hadapannya turut menyalak seperti dirinya, dengan mata melotot pula.

Akhirnya anjing bertampang galak itu keluar dari pintu dengan terbirit-birit, dalam hatinya ia berjanji tak akan memasuki rumah yang memiliki ribuan anjing mengerikan dan sangar itu. Rumah itu sungguh menakutkan!

Tak lama setelah kepergian si anjing galak. Seekor anjing lainnya dengan wajah cerah ceria memasuki pintu rumah seribu cermin yang sedang terbuka lebar.

Anjing pudel itu mengibas-ngibaskan ekornya, mengintip apa yang ada di balik pintu, ia pun terkejut melihat ada ribuan anjing kecil putih lucu sedang mengintip menatapnya. Ia pun masuk dan tersenyum senang melihat ada banyak teman baru.

Apa yang ia dapatkan kemudian? Ribuan anjing pudel di hadapannya ternyata turut tersenyum cerah ke arahnya.

Maka sang anjing pudel itu pun melompat-lompat riang gembira, berbarengan dengan ribuan anjing pudel dalam cermin yang turut melompat riang.

Anjing kecil itu senang sekali, ia tak menyangka ada rumah indah yang begitu bersahabat seperti rumah seribu cermin itu. Ketika keluar, ia berjanji akan sering-sering mampir ke rumah yang menyenangkan ini.

Sahabat,

Rumah yang sama, seribu cermin yang sama, namun mendapatkan kesan jauh berbeda dari dua anjing yang memiliki sifat berbeda pula. Mengertikah bahwa rumah cermin ini adalah gambaran hidup manusia?

Ya, sering kali hidup ini hanyalah cerminan diri kita. Cerminan dari prasangka dan pemikiran kita.

Orang yang terbiasa menekuk wajah dan berprasangka negatif sepanjang hari, tak diragukan lagi… akan sering melihat hal negatif hadir dalam hidupnya, silih berganti.

Keluhan akan terus melahirkan keluhan: “Hidup ini sulit… Perekonomian sedang lesu… Jujur itu susah, kita harus pilih mau membantai atau dibantai! Saya capek menghadapi cobaan terus, saya tak pernah dapat kebahagiaan!”

Akibatnya, sepanjang hidupnya pastilah terus menemukan apa yang dikeluhkannya tersebut.

Sebaliknya, orang yang selalu ceria dan berprasangka positif, sesulit apapun jalan hidup yang ia lalui, akan selalu menemukan keajaiban-keajaiban yang membuatnya terpukau akan kedahsyatan hidup.

“Alhamdulillah meski dolar naik saya masih bisa makan setiap hari, meski hidup sedang susah… Tapi saya dan keluarga masih Allah beri kesehatan, saya merasa beruntung dan bahagia!”

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu berasal dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (Q.S. An-Nisa: 79)

Bukankah ini sangat adil? Bahwa baik dan buruk yang terjadi dalam hidup kita, sebenarnya tergantung pada cara kita memandang dan bersikap.

Apakah kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur atas segala yang Allah beri, dengan demikian kita akan selalu menemukan nikmat di balik kesulitan.

Ataukah kita termasuk golongan orang yang rajin mengeluh dan komplain terhadap apapun pemberianNya. Sehingga kita akan selalu menemukan kesulitan di balik nikmat yang Ia berikan.

Jawabannya akan sangat menentukan gambaran masa depan dari hidup kita masing-masing. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa