Skip to content

Ibadah Minimalis

QS Al-Isra' Ayat 7 arti ibadah minimalisSahabat, pernahkah mendengar kisah tukang kayu berikut ini?

Dikisahkan ada seorang tukang kayu tua, ia meminta izin bosnya untuk pensiun. Namun bosnya malah menyuruhnya untuk membangun sebuah rumah kayu terlebih dahulu sebelum ia pensiun, lengkap dengan perabotannya.

Sebenarnya tukang kayu ini keberatan, usianya sudah tak muda lagi, mengapa malah ‘dikerjai’ membuat rumah dan perabotan lengkap seorang diri?

Akan tetapi agar rencana pensiunnya dikabulkan, ia pun menuruti perintah bosnya tersebut.

Dengan sekadarnya dan agak malas, tiap hari ia cicil pembangunan rumah pesanan bosnya itu, setelah itu barulah ia selesaikan juga perabot kayu yang bosnya pesankan.

Hal ini memakan waktu cukup lama, tapi akhirnya sang tukang kayu berhasil menyelesaikan tugas terakhir itu dengan status ‘alakadarnya’. Tujuannya tak lain tak bukan adalah agar ia cepat bisa pensiun.

“Pasti bos maklum dengan hasil yang seperti ini, saya disuruh mengerjakan sendirian di saat saya ingin pensiun. Jangan marah kalau saya bikin cepat-cepat dan agak asal jadi!” serunya dalam hati.

Sang bos melihat hasil rumah kayu tersebut dan kemudian tersenyum.

“Bagus,” ucap sang Bos sambil mengangguk-angguk, kemudian melanjutkan perkataannya sambil menatap sang tukang kayu tua.

“Rumah ini sebenarnya hadiah untuk Anda beserta keluarga! Saya sengaja tak memberitahukan agar menjadi kejutan, karena saya tahu sampai usia setua ini Anda masih belum memiliki sebuah rumah pun!”

Tukang kayu tua tersebut terkejut mendengar penuturan sang bos, antara bahagia tapi juga menyesal.

“Aah, kalau saya tahu rumah dan segala perabotan ini untuk saya dan keluarga, pastilah saya akan mengerjakannya dengan lebih baik, tidak sekadar rumah minimalis alakadarnya seperti ini!” ujar hatinya yang terasa kecut.

Apa boleh buat, rumah itu sudah selesai, dan sang tukang kayu harus mau menerima apa adanya hasil kerja asal jadi yang ia buat sendiri.

Sahabat,

Sadarkah bahwa kita sering kali berbuat hal yang sama sebagaimana si tukang kayu tersebut?

Dalam beribadah, karena kita salah sangka, mengira ibadah kita adalah untuk Allah, kadang kita melakukannya sekadar saja, ibadah minimalis istilahnya.

Bisa jadi karena tak ada rasa cinta padaNya, atau sekadar menggugurkan kewajiban kita semata alias yang penting tidak dosa!

Shalat sering telat, tilawah quran cepat-cepat, sedekah hanya kalau ingat.

“Aaah… Allah Maha Tahu ini keadaan darurat!  Yang penting saya tidak meninggalkan kewajiban.”

Padahal sebenarnya semua ibadah yang kita lakukan sama sekali tak bermanfaat bagi Allah! Justru ibadah yang kita lakukan gunanya adalah untuk kebaikan kita sendiri, dunia dan akhirat.

”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”(Q.S. Al-Israa’ : 7)

Maka, sungguh malu jika kita terus-menerus melakukan ibadah minimalis, tapi menganggap diri telah melakukan yang terbaik. Wallaahualam. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa