Skip to content

Silaturahmi Akbar Kolaborasi Majelis Ta’lim Sayyidah Hijrah Muslimah (SHM) dan Dompet Dhuafa dalam Kajian “Menjadi Ibu dan Anak yang Allah Mau”

Jadilah Ibu dan Anak yang Allah Mau

Menjadi seorang perempuan memiliki berbagai peran dalam kehidupan, baik sebagai ibu maupun anak dari seorang ibu. Lantas, bagaimana menjadi ibu sekaligus anak yang baik dimata Allah? apakah yang harus memiliki jumlah hafalan 30 juz? atau yang harus memiliki gelar haji dulu?

Menjadi Ibu yang Allah Mau

Dalam rangka memberikan edukasi terhadap para perempuan, Majelis Ta’lim Sayyidah Hijrah Muslimah (SHM) bersama Dompet Dhuafa gelar kajian tentang “Menjadi Ibu dan Anak yang Allah Mau,” yang diisi oleh Ustadzah Syarifah Fatimah Assegaf dan Ustadzah Syarifah Nabila Ja’far Al-Haddad. Dilaksanakan di Gedung Sekretariat Asrama Haji pada 11 Agustus 2024, dengan jumlah jamaah lebih kurang 130 orang. 

Kajian tersebut dimulai dari kegiatan pembacaan ratib al haddad, pengisian materi dari kedua ustadzah yang dilanjut dengan beberapa pertanyaan dari jamaah untuk ustadzah, persembahan lagu ibu, games, pembagian doorprize, hingga foto dan video bersama.

Ustadzah Syarifah Fatimah Assegaf sebagai pengisi materi pertama, membawakan tema utama bagaimana cara menjadi ibu yang Allah inginkan., Beliau menyampaikan bahwa menjadi Ibu yang baik dimata Allah cukuplah dengan taat kepada-Nya, adil terhadap anak, dan sabar terhadap ujian-Nya. 

“Banyak-banyaklah muhasabah diri dengan tujuan untuk mengajarkan anak tentang akidah dan akhlak, mendidik anak supaya taat pada Tuhan, agar anak bukan hanya dididik tentang itu semua, tetapi kita sebagai ibu juga harus mencontohkan anak dengan perbuatan taat pada Allah,” paparnya.

Allah swt berfirman,

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS. Thaahaa : 132)
 

Baca Juga : 10 Dosa Orang Tua terhadap Anak menurut Syeikh Ali Jaber Rahimahullah

Ustadzah Fatimah juga menambahkan bahwa menjadi ibu haruslah mampu sabar terhadap setiap ujian-Nya yang datang dari anak.

“Misalnya ketika anak bandel atau tidak nurut, janganlah sampai berkata kasar, apalagi sampai main tangan. Tapi didiklah dengan lemah lembut, karena semakin dikerasin, anak tidak akan mau nurut. Jadi, bersabarlah dan mohonlah dengan berdoa pada Allah untuk menjadikan anak kita sebagai anak yang shaleh dan shalehah.”

Menjadi Anak yang Allah Mau

Pada sesi kedua, ada pembahasan mengenai “Menjadi Anak yang Allah Mau” sebagai penguatan pembahasan pertama yang disampaikan oleh Ustadzah Syarifah Nabila Ja’far Al-Haddad. Beliau mengawalinya dengan menyampaikan, Rasulullah Saw mengabarkan bahwa al-jannatu tahta aqdamil ummahat, surga itu ada ditelapak kaki ibu.

“Dari jalur Musa bin Muhammad bin ‘Atha’, dari Abu al-Malih, dari Maimun, dari Ibn ‘Abbas RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga).”

Ustadzah Syarifah memberikan contoh beberapa kisah ketaatan seorang anak kepada ibunya. Seperti kisah Umar bin Khattab ra sebagai sahabat Nabi Saw yang ternyata dibalik sifat tegas dan pemberaninya, beliau adalah orang yang sangat taat pada ibunya.

“Pada suatu ketika Umar sedang berkumpul dengan para pemimpin-pemimpin besar, tiba-tiba ditelpon ibunya dan disuruh pulang untuk mengimami shalat ibunya. Tanpa pikir panjang, umar langsung bergegas menghampiri dan menuruti keinginan ibunya,” tambah Ustadzah Syarifah .

“Ada juga kisah Uwais Al Qarni yang hidup di zaman Nabi Saw tetapi sama sekali belum pernah bertemu dengan Rasulullah Saw. Bahkan dikenal dengan penduduk dunia pun tidak, karena Uwais sering mengasingkan diri karena sibuk mencari nafkah sebagai penjaga ternak untuk menghidupi ibunya. Sampai-sampai Nabi Saw menyampaikan pada Umar ra jika bertemu dengan Uwais maka mintalah doa kepadanya, niscaya Allah akan ampuni dan kabulkan doanya,” lanjut Ustadzah Syarifah 

Baca Juga : Kisah Sa’ad bin Ubadah Berwakaf untuk Ibu Tercinta

Berbakti dengan Berwakaf

Berdasarkan penyampaian dari Ustadzah Syarifah tentang bakti anak pada ibu, kajian ini sekaligus menegaskan kembali bahwa salah satu bentuk bakti yang abadi dari seorang anak kepada ibunya adalah dengan berwakaf. Mengapa dengan berwakaf? Wakaf memiliki manfaat yang luas bagi banyak penerimanya dan pahala yang tidak terputus hingga seseorang tersebut meninggal dunia. 

Dompet Dhuafa saat ini memiliki dua program wakaf yaitu program wakaf sosial dan program wakaf produktif. Program wakaf sosial meliputi pembangunan masjid, pesantren, pusat mengajar mengaji, dan sumur. Sedangkan di aset program wakaf produktif, dananya tidak langsung diberikan tetapi diserahkan atau diproduktifkan untuk kepentingan bersama, seperti rumah sakit, klinik, sekolah, dan yang basisnya ekonomi dan potensial. 

Terakhir, Ali Bastoni sebagai GM Penghimpunan dan Literasi Wakaf Dompet Dhuafa, mengajak para jamaah SHM untuk bagaimana agar pahala yang dikumpulkan itu dapat terus mengalir meskipun usia kita sudah terputus di dunia. Caranya dengan berwakaf, yang bisa dilakukan melalui Dompet Dhuafa. Bahkan bila perlu Dompet Dhuafa siap menjadi partner untuk lembaga atau komunitas yang memiliki bisnis dalam bidang-bidang untuk meningkatkan ekonomi di Indonesia. 

Kegiatan kajian ini ditutup dengan sesi foto dan video bersama, sekaligus games dan pembagian doorprize bagi pemenang. Dilanjut dengan kegiatan jamaah yang ingin berwakaf, bisa mengunjungi counter ziswaf Dompet Dhuafa, untuk kemudahan dalam berwakaf secara tunai maupun non tunai.

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa