Skip to content

Ketika Terselip Rasa Bangga Diri

rasa bangga diri final surah luqman, ayat 18“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Sahabat, pernahkah mengagumi diri sendiri? Atas kekayaan, kecantikan, kepandaian, atau amalan yang kita perbuat? Waspadalah terselip rasa bangga diri (‘ujub) yang bisa membinasakan, karena ujub bisa berlanjut pada sifat sombong.

“Tiga hal yang membinasakan: Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani)

Yang lebih mengerikan, penyakit bangga diri ini bahkan bisa menimpa orang-orang yang tidak melakukan perbuatan dosa. Yakni mereka yang menjaga kesucian diri, melakukan berbagai hal yang diperintah Allah, menjauhi apa yang dilarang Allah, namun hatinya mengagumi ketaatannya sendiri, dan hal ini sungguh lebih besar kerusakannya daripada orang yang berbuat dosa namun menyadari dirinya hina.

Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub (kagum terhadap diri sendiri).” (Hadist Hasan Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 658, karya Syaikh Al-Albani)

Oleh sebab itu, janganlah sekali-kali kita merasa diri suci atau telah bertakwa, karena faktanya kita tidak tahu apa yang ada di dalam dada:

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm : 32)

Sahabat, berikut ini beberapa ciri orang yang membanggakan diri, semoga kita terjauh dari sifat ini:

1. Senang dipuji atau diagungkan orang lain

“Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, beliau katakan: hadits ini hasan)

Apakah kita senang dan bangga menerima pujian dari orang lain? Bisa jadi atas kepandaian kita, kecantikan, kekayaan, atau jumlah harta yang kita sedekahkan?

Sesungguhnya rasa kagum pada amalan diri sendiri bisa merusak dan menghapus pahala kebaikan dari amalan tersebut. Bukankah hal ini amat merugikan?

2. Menganggap diri hebat

“Barang siapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya.” (HR. Hakim dan para perawinya dapat dipercaya)

Tahu kehebatan diri sendiri adalah hal yang amat baik jika kita lantas bersyukur pada Allah dan menyadari bahwa kehebatan tersebut adalah pemberian Allah. Namun orang yang ‘ujub, di hatinya ada kekaguman pada diri sendiri yang menafikan anugerah Allah.

3. Berlebihan dalam memperlihatkan kebaikan yang dimilikinya

Ibnul Qayyim berkata, “Berhati-hatilah dari sikap berlebihan (mengatakan) “saya”, “saya memiliki” dan “milik saya”, karena lafaz-lafaz tersebut telah membuat Iblis, Fir’aun dan Qarun tertimpa cobaan.

Saya lebih baik darinya” diucapkan Iblis.
Saya memiliki kerajaan Mesir” diucapkan Fir’aun.
Sesungguhnya aku diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” diucapkan Qarun.

Termasuklah berlebihan dalam mempertunjukkan amalan kebaikan.

“Masjid yang sedang dibangun di sana itu adalah hasil wakaf saya!”

“Alhamdulillah setiap hari saya selalu sedekah, sekurang-kurangnya seratus ribu Rupiah!”

“Organisasi ini maju sejak ada saya, saya yang memberi ide untuk melakukan strategi seperti ini dan itu!”

4. Merasa bangga dengan harta dan kekuasaan yang dipunya

“Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika ia bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.” (QS. Al Kahfi:34)

Orang yang ‘ujub bisa menjadikan harta, kekuasaan atau kepopularitasan yang dimilikinya seolah menjadi sesuatu yang patut dibanggakan.

“Jumlah follower sosial media saya lebih banyak daripada dia!”

Padahal semua hal tersebut tak ada artinya di hadapan Allah jika diiringi dengan perasaan tinggi hati.

5. Merasa jauh dari azab Allah

Orang yang ‘ujub biasanya merasa aman dari siksaan Allah, bagaimana tidak… Mereka merasa telah melakukan banyak kebaikan.

“Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.” (QS. Saba’: 35)

6. Merasa amal sudah banyak dan melupakan dosa-dosanya

Fudhail bin ‘Iyadh menyebutkan 3 ciri ujub “Apabila Iblis telah berhasil melakukan tiga hal pada diri anak Adam, maka ia akan berkata, ‘Saya tidak akan menuntutnya dengan hal yang lain.’ Tiga hal itu adalah: dia bangga pada dirinya sendiri, dia merasa amalnya sudah banyak, dan dia melupakan dosa-dosanya.”

Sahabat, semoga sebanyak apapun harta dan amalan yang kita perbuat, tak menjadikan kita berpuas hati bahkan mengagumi diri sendiri. Sungguh merugi orang-orang yang memelihara ‘ujub di hatinya. Wallaahualam. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa