Skip to content

Larangan Merendahkan Orang Lain

Larangan Merendahkan Orang

Larangan Merendahkan Orang Lain

Sahabat, tidak sedikit manusia yang memandang rendah orang lain hanya karena dianggap tidak sepadan dengan dirinya.

Seseorang yang berilmu memandang rendah orang-orang yang bodoh. Mereka memamerkan kecerdasannya dengan berdebat kusir, padahal semestinya ia justru bersedih karena tugas mencerdaskan orang bodoh merupakan tanggung jawab dirinya. Jika masih banyak orang bodoh, berarti ia belum berhasil menunaikan tugasnya.

Orang yang memiliki fisik rupawan memandang rendah orang yang fisiknya banyak kekurangan. Padahal semestinya hatinya bersyukur dan bukan malah menjadi sombong.

Orang yang memiliki harta banyak memandang rendah orang-orang yang tak berharta, padahal membantu orang-orang kekurangan harta merupakan kewajibannya. Bukannya malah menghambur-hamburkan uang untuk sekadar memenuhi gaya hidupnya yang tinggi.

Bahkan ada juga seorang muslim yang memandang rendah muslim lainnya. Sungguh aneh. Hanya karena penampilan mereka berbeda, mereka saling berseteru. Yang satu merasa lebih bertaqwa, yang satu merasa lebih moderen pemikirannya.

Baca Juga: Cara Melembutkan Hati

Sahabat, sesungguhnya memandang rendah orang lain adalah sifat orang yang sombong atau takabur. Orang beriman harusnya berlepas dari sifat buruk ini, karena Iblis yang mulanya beriman pada Allah pun menjadi terlaknat karena kecongkakannya memandang rendah makhluk Allah lainnya.

Hampir-hampir tiada guna ibadah yang kita lakukan jika hati kita masih suka merendahkan makhluk Allah lainnya.

Jangan pernah terperdaya oleh perasaan sendiri, sungguh kita tak tahu derajat kita sebenarnya di hadapan Allah.

Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi,” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain,“ (HR. Muslim no. 91)

Sudah siapkah kita melepas perasaan lebih tinggi dibanding orang lain hanya karena lebih banyak nikmat yang Allah titipkan pada diri kita? (SH)

 

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa