Kembali Merasakan Air Tawar adalah Karunia Terindah!
“Kalau berbicara tentang air di sini sangat asin,” kata La Ode Sarfan sambil jalan beriringan ketika ditanya tim Dompet Dhuafa mengenai keadaan air di dusunnya sebelum kehadiran sumur wakaf.
Terik siang memaksa kami menepi ke salah satu balai bambu terbuka dengan atap terbuat dari dedaunan kering. Setelah duduk sila kami sempurna, La Ode melanjutkan kisah tentang dusunnya yang tidak memiliki sumber air tawar.
“Sudah sejak kecil saya dan kawan-kawan minum air payau. Bahkan kadang asin,” kata La Ode, pemuda asli Maluku yang kini berusia 31 tahun.
Daerah yang dahulu sempat merebut perhatian dunia karena hasil rempahnya yang luar biasa tidak serta-merta menjadikan semua wilayah Maluku memiliki akses yang ramah terhadap sumber air. Bahkan sebelum adanya sumur wakaf, terdapat wilayah yang penduduknya sudah berpuluh-puluh tahun lalu menggunakan air payau dan asin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka termasuk untuk dikonsumsi. Salah satunya Dusun Pasir Panjang, Kecamatan Hualmual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.
Kita ketahui bersama, keberadaan air tawar dan bersih menjadi sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia. Keadaan sumber air yang terlampau asin membuat masyarakat sekitar menyiasatinya dengan menutup perigi atau sumur mereka dari paparan matahari secara langsung.
“Itu kami lakukan agar air tidak terlalu asin. Walau rasanya tetap salobar (payau), tapi itu lebih baik,” jelas La Ode pada Kamis 20 Juli 2023.
Baca Juga : Dari Sumur ke Hotel, 14 Abad Wakaf Abadi Utsman bin Affan
Sumur Wakaf Menjadi Sesuatu yang Berharga dan Perlu Dijaga
Di Dusun Pasir Panjang, tidak ada satupun warganya yang memiliki sumur pribadi, apalagi mesin pompa air di rumah mereka. Sumber air berupa sumur terletak di tengah desa dan siapapun boleh mengambilnya untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
“Oleh sebab itu sumur itu walau terasa asin akan tetapi sangat kami jaga,” ujarnya sambil menunjuk ke arah sumur milik semua itu.
Air tawar yang ada berkat sumur wakaf menjadi sesuatu yang sangat langka dan berharga. Namun bukan berarti La Ode dan masyarakat Dusun Pasir panjang tidak bisa merasakannya.
“Air tawar ada. Itu kami dapat dari air hujan yang masyarakat tampung. Tapi kami minum hanya sedikit. Sebab air tawar hanya kami persembahkan untuk tamu istimewa,” katanya sambil tertawa getir mengingat betapa sulitnya mendapatkan air tawar.
Selain dari air hujan, dahulu sekitar 10 tahun lalu menurut La Ode, sempat ada sumber air bersih.
“Namun tidak dirawat dengan baik, jadi rusak airnya. Makanya air bersih di sini merupakan sesuatu yang harus disyukuri,” ungkapnya.
Provinsi dengan sebutan Kepulauan Rempah itu memiliki daerah-daerah yang cukup kering dengan curah hujan rata-rata di bawah 2.000 mm/tahun dengan musim hujan kurang dari 6 bulan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat sekitar semakin sulit mendapatkan air tawar untuk diskonsumsi. Sebab air tawar disimpan untuk kedatangan tamu istimewa. Padahal rata-rata kebutuhan air manusia sekitar dua liter per hari. Dari sini kita melihat betapa sabarnya warga Pasir Panjang, namun memiliki budaya dan adab yang tinggi dengan menghormati tamu yang singgah ke desa mereka.
Dompet Dhuafa Alirkan Kebaikan Donatur melalui Program Sumur Wakaf
Kondisi krisis air tawar itu terdengar oleh Dompet Dhuafa. Melalui program wakaf sumur, Dompet Dhuafa menyalurkan kebaikan wakaf donatur dengan menghadirkan sumur wakaf air tawar bagi masyarakat Pasir Panjang, Maluku.
Mendengar kabar baik tersebut, La Ode mengucap puji syukur dan bertekad untuk membantu dalam proses pengerjaan sumur wakaf tersebut. “Tidak perlu diupah. Ini adalah bentuk rasa syukur saya. Ini yang dapat saya berikan kepada desa tercinta,” ungkapnya dengan penuh keyakinan yang terpancar dari tatapannya.
Dengan peninjauan lebih lanjut dan terukur, maka ditemukanlah titik sumur yang berpotensi memiliki air tawar dan debit yang tinggi. Setelah dilakukan pengeboran, syukur alhamdulillah air yang terpancar bersih dan terasa tawar.
“Ini adalah karunia terindah. Masyarakat sangat senang,” ujar La Ode.
Ketika titik sumur wakaf telah memancarkan air, maka Dompet Dhuafa melengkapinya dengan membangun penampungan air di atas bukit serta pipanisasi agar air dapat tersalurkan ke rumah-rumah warga.
“Mengetahui niat baik Dompet Dhuafa, saya ikut membantu mengaduk pasir dan semen untuk membuat penampungan air,” katanya penuh semangat.
Baca Juga : Mengenal Keteladanan Ustman Bin Affan sebagai Sosok Inspirasi Wakaf Umat Muslim
Wakaf Sumur adalah Solusi Berkelanjutan
Kehadiran sumur wakaf disambut antusias oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari kepala desa hingga warga biasa. Termasuk La Ode, dia sangat senang dan bersyukur berkat kehadiran sumur wakaf di dusunnya. Ibarat munculnya oase di tengah padang pasir, keberadaan sumur air tawar ini sudah lama dia nantikan
Karena bahagianya yang meletup-letup, La Ode rela membantu membangun penampungan air dari sumur wakaf tanpa diupah. Dia hanya ingin adik-adiknya serta masyarakat sekitar dapat menikmati air tawar kelak.
“Saya tidak ingin adik-adik kami harus berjalan jauh atau mencarinya ke pulau lain dengan perahu kecil,” jelasnya.
Dedikasi ini La Ode berikan untuk dusunnya tercinta. Dia berharap sumur wakaf persembahan donatur wakaf Dompet Dhuafa ini dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.
“Semoga sumur wakaf ini dapat dirawat dengan baik hingga dapat mengalirkan air yang tidak berhenti. Sebagaimana doa bagi para donatur dan Dompet Dhuafa semoga diberikan pahala yang abadi. Amin,” harapnya penuh khidmat.
Terima kasih atas kepercayaan donatur Dompet Dhuafa sehingga salah satu kebermanfaatan telah terwujud untuk masyarakat kepulauan Maluku yang sangat membutuhkan keberadaan air bersih. Semoga kebermanfaatan lainnya akan terus hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi.