Skip to content

Memaafkan Terasa Sulit, Tanda Hati yang Sempit

memaafkan“…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Sahabat, masalahnya banyak yang mengira memaafkan itu menguntungkan orang yang dimaafkan, benarkah demikian?

Sungguh keliru! Memaafkan itu justru dampak terbesarnya adalah untuk diri kita sendiri, baik secara kesehatan, ketenangan, maupun kebersihan hati!

Sungguh aneh jika kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain dengan niat untuk menghukum orang tersebut, padahal kenyataannya… Ketika kita memendam dendam dan kebencian, hati kita menjadi kotor dan rusak, bahkan hal ini akan berpengaruh pada kesehatan tubuh.

“Memelihara dendam itu seperti meminum racun tapi berharap orang lain yang mati.” Begitulah ungkapan yang sangat tepat dari Ali bin Abi Thalib mengenai sifat sulit memaafkan.

Dengan demikian, sebagai seorang muslim… Kita perlu melatih diri untuk memaafkan kesalahan orang pada diri kita. Rasanya ‘percuma’ jika kita banyak sedekah dan beramal jariyah namun hati kita dipenuhi dengan kebencian, amarah, dendam, yang membuat hidup kita tidak menemukan ketenangan.

Berikut ini beberapa cara efektif untuk memaafkan kesalahan orang terhadap diri kita:

1. Meminta ampunan Allah sembari menyatakan telah memaafkan kesalahan orang pada diri kita

Sambil beristighfar meminta ampunan Allah, nyatakanlah bahwa kita telah memaafkan kesalahan fulan, semoga dengan demikian Allah pun memaafkan dan menyayangi kita lebih dari sebelumnya.

Semakin banyak kesalahan orang yang kita ridhoi dan maafkan, maka semakin banyak ‘amunisi’ kita untuk meminta ampunan dan keridhoan Allah.

“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)

2. Tetap memberikan bantuan dan sedekah pada orang yang memusuhi kita

Sahabat, tetaplah memberikan bantuan dan sedekah pada orang yang kita benci dan musuhi, inilah salah satu cara untuk ‘balas dendam’ yang amat baik. Jika kita membalas kezaliman dengan kezaliman, ibarat menggigit balik anjing yang telah menggigit kita, apa bedanya kita dengan anjing tersebut?

Akan tetapi jika kita mampu tetap berbuat baik dan menyantuni, kita seolah memperlihatkan perbedaan level antara kita dan dia yang berbuat zalim.

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. An-Nur: 22)

3. Setiap malam sebelum tidur, ingat semua kesalahan orang pada diri kita di hari itu, lalu maafkanlah

Sesungguhnya ada seorang sahabat yang oleh Rasulullah dinyatakan sebagai ahli surga, padahal amal ibadahnya biasa saja, tidak ada yang istimewa.

Ternyata rahasianya adalah senantiasa memaafkan kesalahan orang-orang yang menzaliminya di hati itu setiap malam menjelang tidur. Sehingga ia tidur malam dengan hati bersih menghadap Allah tanpa dendam dan kebencian pada sesama manusia.

Sahabat, sesungguhnya memaafkan adalah tanda kebesaran hati, semoga kita mampu membuktikan keluasan hati kita dengan berlapang dada atas kesalahan orang lain, dan menukarnya dengan ganjaran Allah yang jauh lebih berharga. Wallaahualam. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa