Sahabat, pernahkah bekerja setelah mendapat uang bayaran penuh? Atau bekerja setelah mendapat separuh bayaran, dicicil beberapa kali, sedangkan pelunasannya di akhir? Atau malah bekerja dulu di awal tanpa mendapat bayaran sama sekali, tapi kemudian dibayar di akhir?
Ketahuilah bahwa pembalasan pahala dan dosa pun bisa berlangsung dalam 3 jenis seperti itu, yakni ada yang dibayar di muka, dicicil beberapa kali, ada juga yang dibayar belakangan.
Jangan heran bila ada orang kafir yang hidupnya sangat senang, seperti tidak ada hukuman baginya walau ia melanggar aturan Allah, melecehkan agamaNya, bahkan tak pernah melakukan perintahNya:
“Tidak ada yang lebih sabar atas suatu hinaan daripada Allah ‘azza wajalla. Dia dipersekutukan dan dituduh mempunyai anak, namun dengan kesemuanya Dia yang memberi kecukupan, menolak bala` dari mereka dan memberi rezeki pada mereka.” (H.R. Ahmad No. 18807)
Sangat mungkin Allah mengundur ‘pembayaran dosa’ yang mereka kerjakan selama di dunia, karena keadilanNya. Bukankah siksa neraka amat keras? Maka Allah memberi tangguh orang kafir agar bisa bermain-main terlebih dahulu dengan nikmatNya yang hanya setetes di dunia ini.
“Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka.” (QS. Al-Ma’arij : 42)
Mereka lah orang-orang yang diberi kenikmatan di awal, namun sebagai gantinya harus menjalani kepedihan karena tak bisa mempertanggungjawabkan segala nikmat yang Allah beri.
Sebaliknya, ada orang beriman dan begitu rajin beribadah pada Allah, namun kehidupannya sangat memprihatinkan meski ia tampak bahagia menjalaninya. Ia tidak memiliki tempat tinggal, makan hanya sehari sekali, dan dilecehkan orang sekitarnya karena kemiskinannya. mengapa Allah seolah tak menolongnya?
Sahabat, sangat mungkin hal ini terjadi karena Allah tengah mengujinya untuk melihat kesungguhannya dalam menyembah Allah. Apakah ia terganggu dengan kemiskinannya dan tergiur kenikmatan duniawi yang Allah beri untuk orang lain, ataukah ia teguh dalam beribadah padaNya.
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.” (QS. Ali Imran : 186)
Jelas bahwa kekayaan dan kemiskinan adalah salah satu soal ujian kehidupan yang tidak bisa kita pilih. Ada yang menjadi terhina di hadapan Allah lkarena kemiskinan, namun ada juga yang malah terhina karena kekayaan.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut : 2)
Sedangkan satu golongan lagi adalah orang-orang yang menerima cicilan nikmat. Bisa jadi mereka adalah orang beriman yang Allah cicil ganjaran pahalanya, namun bisa jadi juga mereka adalah orang kafir yang dicicil siksaannya.
Orang-orang yang beriman ini Allah berikan segala nikmat duniawi pada mereka, kemudian mereka bersyukur, dan membagikan sebagian harta yang mereka miliki untuk orang yang memerlukan, sehingga Allah terus menambah Nikmatnya. Sesungguhnya untuk orang-orang seperti ini, balasan kenikmatan surga adalah yang terbaik.
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An Naazi’aat: 37-41).
Sahabat, apa pun cara pembayaran amalan kita, sesungguhnya semua dibayar dengan adil tanpa ada yang dirugikan, karena Allah Maha Halus dan tepat perhitungannya, hingga kebaikan dan keburukan yang sekecil atom sekalipun akan dibalasNya.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Maka, Perhatikanlah diri kita, apakah kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dibayar dengan kenikmatan di awal, dicicil, atau malah Allah undur di akhir? Jangan sampai kita tak memahami cara pembayaran ini sehingga kita berprasangka buruk pada Allah atau putus asa terhadapNya. Wallahualam. (SH)
Baca Juga: Di Dunia untuk Akhirat