“Siapa yang tidak memperhatikan urusan umat Islam maka bukan termasuk golongan mereka. Dan siapa yang pagi dan siangnya tidak menyampaikan nasihat kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya, pemimpin umat dan umumnya umat Islam, maka bukan termasuk mereka” (HR At-Tabrani)
Sahabat, sungguh miris… Zaman sekarang orang semakin berprinsip EGP (Emang Gue Pikirin) atau “Bukan urusan saya!” padahal Islam mengajarkan kita untuk peduli dan perhatian satu sama lain, salah satu caranya adalah dengan saling memberi nasehat.
Banyak orang yang ketika melihat kesalahan orang lain, bukannya memberi nasehat empat mata, tapi malah menyebarkan aib kesalahan orang tersebut. Lucunya, jika di depan yang bersangkutan seolah tidak terjadi apa-apa. Ini merupakan kecelakaan besar, karena tidak memberikan saudara kita hak untuk dinasehati.
Jelas bahwa saling menasehati dan menerima nasehat merupakan ciri khas orang beriman. Seorang mukmin memberi nasehat bukan karena nafsunya, yakni karena merasa ia paling baik dan benar, melainkan karena kepeduliannya yang tak menginginkan saudaranya berbuat keburukan.
Berikut ini beberapa alasan pentingnya saling memberi dan menerima nasehat:
1. Menjadi golongan orang yang beruntung dunia-akhirat
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal shaleh, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.” (QS. Al Ashr: 1-3)
2. Tidak segala hal yang kita lakukan itu tepat
Mengapa seorang petinju kelas berat pun memerlukan pelatih padahal sang pelatih belum tentu lebih hebat dari dirinya? Ya, tentu saja karena seorang petinju pun memiliki keterbatasan dalam menilai dirinya sendiri dan apakah yang dilakukannya sudah tepat.
Sahabat, sama dengan petinju yang memerlukan pelatih, sesungguhnya setiap orang memiliki ‘blind spot’ yang membuatnya memerlukan nasehat dari orang lain. Agar ia bisa melakukan amalan dengan lebih baik, lebih sempurna, dan tentu saja lebih efektif.
3. Menggugurkan kewajiban untuk amar ma’ruf nahi munkar
Saling memberi dan menerima nasehat penting dilakukan untuk menggugurkan kewajiban kita melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yakni menyuruh untuk mengerjakan kebaikan serta mencegah dari perbuatan buruk.
Bagaimana cara melakukan amar ma’ruf nahi munkar yang paling lembut? Tentu saja bukan dengan kekerasan, mengancam, apalagi memaksa, melainkan dengan cara menyampaikan nasehat.
4. Memberi hak saudara seiman
Sadarkah kita bahwa semua orang di sekitar kita, terutama saudara seiman, memiliki hak untuk dinasehati dengan baik? Jika mereka melakukan kekeliruan, kekhilafan, janganlah menjudge dengan berbagai sangkaan, barangkali mereka belum mengetahui apa yang baik dan buruk untuk dirinya.
Misalnya, seorang yang amat kaya namun tak pernah mau mengeluarkan zakat atau sedekah, jangan segera menghakimi bahwa ia orang yang buruk dan pelit, bisa jadi belum pernah ada yang menasehatinya dan memberitahukan padanya berbagai keuntungan mengeluarkan zakat, wakaf, dan sedekah.
Maka, alih-alih mencapnya sebagai seorang kaya yang kikir, lebih baik kita berikan haknya untuk mendapat nasehat terlebih dahulu. Bukankah hal seperti ini lebih adil untuknya? Dan sekaligus menjadi ladang amal untuk diri kita.
Sahabat, mudah-mudahan kita diberi anugerah oleh Allah untuk peduli pada sesama saudara muslim dan tidak bersikap masa bodo atau merasa urusan kaum muslimin itu ‘Bukan urusan saya!’
Sungguh, agama adalah nasehat, maka merugilah kita jika tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Wallaahualam. (SH)