“Apakah mereka iri kepada manusia lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada mereka?” (QS. An Nisa`: 54)
Sahabat, banyak yang merasa iri pada orang-orang yang memiliki kelebihan. Misalnya iri pada orang berhidung mancung, bersuara merdu, bermobil mewah, dan lain sebagainya. Padahal iri yang seperti ini bisa dikatakan tidak memiliki faedah manfaat sama sekali, justru membuat diri kita menjadi kurang bersyukur.
Akan tetapi ada saatnya kita diperbolehkan merasa iri, bahkan amat perlu merasa cemburu pada dua orang berikut:
“Tidak boleh merasa iri kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
1. Orang yang Allah anugerahkan harta, lalu ia infakkan sebagian hartanya tersebut untuk orang lain yang memerlukan
Jelas bahwa bukan kepemilikan hartanya yang boleh membuat kita iri, akan tetapi penggunaan harta tersebut di jalan Allah yang boleh membuat kita termotivasi ingin memiliki pula apa yang Allah karuniakan padanya.
2. Orang yang Allah karuniakan ilmu berupa Quran dan Sunah, kemudian ia mengamalkan ilmu tersebut dan menyebarluaskannya dengan cara mengajarkannya pada orang lain
Berikut ini 4 alasan pentingnya merasa iri pada 2 golongan yang disebutkan di atas:
1. Termasuk iri yang terpuji dan dianjurkan
“Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang: seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang al-Quran kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan (bacaan al-Quran)nya dan berkata: “Duhai kiranya aku diberi (pemahaman al-Quran) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca al-Quran) yang diamalkannya.
Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata: “Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya” (HR. Al-Bukhari)
2. Berangan-angan bisa memiliki apa yang dimiliki oleh 2 golongan tersebut, sangat mungkin memperoleh pahala yang sama seperti yang diamalkan oleh 2 golongan itu.
“Barangsiapa yang berdoa memohon kepada Allah ta’ala dengan tulus untuk mematikan dia dalam keadaan syahid maka Allah ta’ala akan menyampaikan dia ke derajat orang-orang yang mati syahid sekalipun dia mati di atas kasurnya.” (HR.Muslim)
3. Mengingatkan kita agar tidak iri pada hal-hal duniawi selain 2 pengecualian tersebut.
“Janganlah kalian iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kalian lebih banyak dari sebahagian yang lain. Bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nisa`: 32)
4. Memotivasi kita untuk melakukan hal yang lebih daripada yang dilakukan oleh 2 golongan tersebut agar bisa mengungguli mereka dalam beramal
Dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan, “Orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin datang mengadu kepada Rasulullah SAW, mereka berkata, ‘Orang-orang yang punya banyak harta mendapatkan kedudukan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi.’
Rasulullah bertanya, ‘Mengapa demikian?’
Mereka menjawab, ‘Mereka memang shalat seperti juga kami dan mereka berpuasa seperti juga kami. Namun mereka bersedekah sedangkan kami tidak dan mereka membebaskan budak sedangkan kami tidak.’
Lalu Rasulullah SAW berkata, ‘Maukah kalian jika aku memberi tahu kalian tentang sesuatu yang kalian terima dan dapat melampaui mereka dan kalian berada dalam garda terdepan bagi orang-orang setelah kalian serta tak ada yang lebih utama daripada kalian semua kecuali orang yang mengerjakan apa yang kalian lakukan ini?’
Mereka menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’
Lalu beliau berkata, ‘Hendaklah kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap usai shalat masing-masing sebanyak 33 kali.’
Setelah itu mereka kembali menghadap Rasulullah SAW, dan mengadu, ‘Saudara-saudara kami orang-orang kaya itu mendengar apa yang telah kami lakukan, lalu mereka pun turut melakukannya juga.’
Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya’.” (Muttafaq `Alaih).
Sahabat, semoga kita tak terjebak pada rasa iri yang merusak, sebagaimana Qobil membunuh saudaranya sendiri hanya dikarenakan rasa iri yang memuncak menjadi dengki.
Cukuplah merasa iri pada seorang hartawan yang dermawan dan seorang shaleh yang berilmu, karena selain pada keduanya… Kita tak layak merasa iri atas karunia Allah pada hambaNya yang lain. Wallaahualam. (SH)