“Kematian mendadak adalah suatu kesenangan bagi seorang mukmin, dan penyesalan bagi orang durhaka.” (HR. Ahmad)
Sahabat, tanpa disadari kita sering menunggu nanti untuk melakukan suatu kebaikan.
“Nanti kalau saya sudah ada waktu senggang, baru bisa menengok orangtua!”
“Nanti kalau saya sudah berpenghasilan sepuluh juta, saya baru bisa bersedekah untuk dhuafa!”
“Nanti kalau…”
Padahal satu-satunya yang pasti di masa depan hanyalah kematian:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 11)
Yang lebih parahnya, ternyata jika para mayit atau orang yang sudah meninggal dunia itu bisa hidup kembali, sesungguhnya hal yang mereka ingin lakukan adalah bersedekah! Lalu mengapa kita yang masih hidup justru berkata ‘nanti kalau…’ ketika diminta untuk bersedekah?
“Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah…” (QS. Al Munafiqun: 10)
Sahabat, seringkali kita menunda-nunda kebaikan, terutama kebaikan bersedekah, sangat mungkin karena kita menganggap sedekah hanyalah kewajiban orang berharta! Sehingga kita melalaikannya karena merasa diri kita justru masih butuh disedekahi!
Perlu diperbaiki kekeliruan mengenai sedekah ini, bahwa sesungguhnya sedekah bukan melulu soal harta! Bahkan orang yang tak memiliki harta benda sekalipun tetap bisa melakukan sedekah. Berikut hadits sandarannya:
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershodaqoh? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh.” (HR. Muslim no. 2376)
Juga hadits berikut ini:
“Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar makruf dan nahi mungkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah.” (HR. Tirmizi dan Abu Dzar)
Bisa disimpulkan bahwa dzikir dan segala jenis kebaikan yang kita lakukan bisa terhitung sebagai amalan sedekah, termasuk perbuatan sederhana seperti tersenyum sekalipun!
Dengan demikian, mulai saat ini jangan sampai kita berkata “Nanti kalau saya begini dan begitu…” untuk melakukan sedekah. Bersedekahlah dengan segala hal yang bisa kita lakukan saat ini juga!
Sedang tidak ada orang di sisi kita yang bisa ‘disedekahi’? Perbanyaklah tahlil, tasbih dan tahmid sebagai sedekah untuk persendian tulang kita!
“Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Menyelesaikan perkara antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Jangan lagi meremehkan hal-hal kecil jika itu mengandung sebuah kebaikan, karena bisa jadi amalan kecil itulah yang bernilai sedekah dan mampu menaungi kita kelak di padang mahsyar.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu.” (HR Muslim)
Sekarang, siapkah untuk bersedekah sepanjang waktu di sisa kehidupan kita yang sudah tak seberapa lamanya?
Jangan lagi mengatakan “Nanti kalau…”, justru ingatlah selalu “Kalau nanti… kita mati, hanya sedekah kitalah yang mampu menjadi teman untuk menaungi!” (SH)