Seni Mengingat Allah SWT
“Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya dari Ibadah-Ibadah lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al Ankabut : 45)
Sahabat, banyak yang mengira amalan terbaik dan paling tinggi derajatnya adalah bersedekah dengan emas dan perak yang dimiliki, namun jika demikian maka sungguh malang orang-orang miskin yang tidak dikaruniai harta berupa emas dan perak, karena berarti mereka takkan bisa melakukan amalan yang terbaik. Tentu hal ini terasa tidak adil.
Ada juga yang mengira bahwa amalan terbaik yang bisa dilakukan seorang hamba terhadap Rabbnya yakni berperang dan mengorbankan nyawa untuk Allah. Namun bagaimana dengan wanita dan anak-anak yang tentu saja lazimnya tidak berlaga di kancah peperangan? Sungguh tak adil terhadap orang-orang lemah jika berperang dan terbunuh di peperangan adalah amalan terbaik di sisi Allah.
Lalu apa sebenarnya yang menjadi amalan terbaik di sisi Allah dan paling tinggi derajatnya di hadapan Allah? Rasulullah dalam hadits shahihnya telah menjelaskan untuk kita semua:
“Maukah aku beritahukan kepada kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja kalian (Allah subhaanahu wa ta’aala), paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggel leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?” Mereka berkata: “Iya,“. Beliau berkata: “Dzikrullah (mengingat) Allah ta’ala,” (HR Tirmidzi)
Dahsyat sekali, berdzikir atau mengingat Allah merupakan amalan terbaik dan tertinggi derajatnya melebihi bersedekah dengan emas perak, maupun terpenggalnya kepala di kancah peperangan, dan kabar baiknya semua orang dari segala kalangan bisa melakukan amalan terbaik ini!
Berikut ini beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam berdzikir, yang merupakan seni mengingat Allah SWT :
1. Jangan pelit berdzikir
Berdzikir hanya satu-dua kali sungguh amat sedikit dan memperlihatkan betapa pelitnya diri kita. Berdzikirlah sebanyak-banyaknya, dan hal ini sangat mungkin dilakukan, karena kita bisa berdzikir ketika dalam kendaraan, saat sedang bekerja di depan komputer, saat sedang bermain bersama anak, hati kita bisa terus-menerus terhubung mengingat Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya,” (QS Al-Ahzab 41)
Hanya dengan memperbanyak menyebut nama Allah saja, sesungguhnya Allah telah menyiapkan ganjaran yang amat besar untuk kita di kehidupan akhirat kelak:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar,” (QS Al-Ahzab 41)
2. Tidak terburu-buru dalam berdzikir
Dzikir mengingat Allah tentu saja perlu dilakukan dalam kondisi tenang dan tidak tergesa-gesa, karena apapaun yang dilakukan dengan terburu-buru, cepat-cepat, panik, tentu saja takkan mengalirkan ketenangan dalam hati. Sedangkan dzikir yang benar dapat menentramkan hati.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram,” (QS Ar-Ra’du 28)
3. Menghayati setiap dzikir dengan hati
Ada cukup banyak orang yang berdzikir hanya di lisan saja, hatinya sudah beku sehingga tidak menghayati sama sekali dzikir yang terucap. Bukan seperti ini dzikir yang dimaksudkan sebagai amalan tertinggi derajatnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah mereka bertawakal,” (QS Al-Anfaal 2)
4. Tidak ada alasan untuk lalai dari berdzikir
Bahkan harta dan anak pun tak diperkenankan menjadi tandingan Allah, jika pekerjaan membuat kita lalai dari mengingat Allah, ini berarti kita adalah orang yang merugi.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari Mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi,” (QS. Al Munafiqun: 9)
5. Mengingat Allah tidak hanya dilakukan dalam shalat
Salah besar jika berdzikir disangka hanya sebagai kegiatan di waktu shalat dikerjakan. Dzikir bisa dilakukan di mana pun dalam kondisi berbaring, duduk maupun berdiri.
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring…” (QS. An Nisa: 103)
6. Berdzikir dengan rutin minimal pada pagi dan petang hari
Dzikir tidak seperti puasa yang dilakukan pada waktu tertentu, dzikir merupakan amalan yang bisa terus-menerus kita lakukan, maka jangan sampai kita lalai mengingat Allah.
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai,” (QS. Al A’raaf: 205)
Sahabat, sungguh ajaran Islam begitu indah dan mudah, bahkan amalan terbaik di sisi Allah bisa dilakukan oleh siapapun juga tanpa batasan gender, harta, suku, bahasa, warna kulit, dan sebagainya. Semoga kita digolongkan sebagai orang-orang yang gemar berdzikir mengingat-Nya. (SH)
Baca Juga: Detoksifikasi Dosa