Pengertian Wakaf Energi Atasi Perubahan Iklim
Wakaf produktif memiliki beragam bentuk, salah satunya wakaf energi. Pada Islamic Declaration on Global Climate Change di Istanbul pada 17-18 Agustus 2015, para pemimpin Islam mendeklarasikan aksi global untuk mengurangi dampak perubahan iklim melalui wakaf energi. Gerakan wakaf ini juga bertujuan untuk mendukung Sustainable Development Goals atau pembangunan berkelanjutan demi melindungi lingkungan agar Hari Bumi Sedunia tidak menjadi selebrasi belaka.
Wakaf energi mendukung sumber daya terbarukan untuk mengatasi perubahan iklim akibat pemanasan global. Contoh negara yang telah menerapkan cara ini ialah Maroko melalui berbagai program masjid kehijauan. Di Indonesia, Masjid Istiqlal menjadi contoh yang mendukung gerakan wakaf energi dengan pemakaian panel surya.
Masjid bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga sebagai tempat pendidikan, sosial, hingga ekonomi. Di era yang menuntut umat Islam untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, maka wakaf bukan hanya terbatas pada masjid, madrasah, dan mushola. Bentuknya semakin menyesuaikan perkembangan zaman dan masalah sistemik, seperti energi terbarukan untuk lingkungan.
Baca juga: 7 Potensi Wakaf Produktif Saat Pandemi Tambah Amal Kebaikanmu
Seberapa Besar Dampak Perubahan Iklim?
Dilansir Tempo.co, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa perubahan iklim menjadi tantangan terbesar level global setelah pandemi Covid-19. Adanya kenaikan air laut menyebabkan perubahan iklim dan musim yang sulit ditebak. Bukan hanya itu, perubahan iklim juga memicu bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrem, seperti banjir bandang, rob dan longsor.
Menurut situs Knowledge Centre Perubahan Iklim, terdapat banyak sekali dampak berbahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. di antaranya:
1. Kualitas air menurun
Mungkin masih banyak di antara kita yang merasa bahwa Bumi baik-baik saja. Nyatanya, tidak demikian, Sahabat. Perubahan iklim menyebabkan curah hujan yang terlalu tinggi hingga mengakibatkan menurunnya kualitas sumber air karena tingginya kadar klorin pada air bersih. Dengan demikian, warna air bukan bening, melainkan keruh. Bayangkan jika kualitas air menurun, maka kesehatan manusia juga terancam. Air yang kotor dapat menimbulkan penyakit diare.
Saat terjadi cuaca ekstrim, maka curah hujan terlalu tinggi atau panas yang terlalu terik hingga menyebabkan kekeringan. Tanpa Anda sadari, beberapa wilayah di Indonesia mengalami kekeringan parah. Jika tanah digali, maka hanya ada batu yang tersisa saking kering kerontang.
2. Perubahan habitat dan kepunahan hewan
Rumah berbagai spesies binatang pun mengalami perubahan signifikan akibat kenaikan permukaan air laut, banjir, dan badai besar. Sejak SD Anda sudah belajar bahwa perubahan iklim menyebabkan perubahan habitat, seperti berkurangnya kada oksigen karena penebangan besar-besaran. Namun, manusia tidak hentinya merusak alam untuk meraup keuntungan pribadi yang tiada batas. Keserakahan manusia di muka bumi menyebabkan hewan-hewan tidak punya tempat tinggal.
Jika hewan tidak punya habitat, maka ia kesulitan beradaptasi hingga menyebabkan kepunahan. Hal tersebut akan mengganggu ekosistem dan rantai makanan. Kehidupan manusia pun terganggu karena ketidakseimbangan ekosistem. Misalnya, fungsi paru-paru terganggu akibat meningkatnya kadar karbondioksida dari kebakaran hutan. Jika hewan saja tidak kuat, apalagi manusia.
3. Gas rumah kaca meningkat
Dampak ini juga telah Anda pelajari sejak sekolah dasar, akan tetapi masih banyak sekali yang mengacuhkan fenomena ini. Peningkatan gas rumah kaca menyebabkan peningkatan deforestasi. Dengan demikian, banyak karbondioksida yang tidak terserap, lalu terperangkap di Bumi hingga meningkatkan gas rumah kaca lainnya.
Baca juga: 4 Tujuan Wakaf Produktif di Masa Bencana dan Pandemi
4. Produktivitas pertanian menurun
Sadarkah Anda bahwa bencana di Indonesia akibat cuaca ekstrim dapat menganggu pertanian? Contoh nyata yaitu, banjir yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (2/4) menyebabkan bendungan Kambaniru jebol karena tidak kuat menampung air untuk kebutuhan irigasi. Akibatnya, petani gagal menuai karena 1440 hektar lahan rusak di musim kedua tahun ini. Bagaikan habis jatuh tertimpa tangga, harus separah apa lagi mereka menderita?
Indonesia sebagai negara agraris, namun juga rawan bencana memerlukan jalan keluar yang tertata dari hulu ke hilir. Adanya wakaf energi dalam bentuk pertanian dapat membantu petani untuk memperbaiki keadaan. Selain jadi amal jariyah di akhirat, manfaatnya berkesinambungan untuk memulihkan ekosistem pertanian Indonesia pasca bencana.
5. Pesisir dan pulau-pulau kecil tenggelam
Kenaikan suhu bumi menyebabkan es di dataran kutub mencair. Ketika bongkahan es jatuh, maka akan menambah volume permukaan air laut. Peningkatan air laut menyebabkan batas daratan menjadi bergeser. Jika Sahabat tidak bergegas, maka hanya tinggal menunggu waktu saja pulau-pulau kecil tenggelam. Bukan hanya itu, posisi kota-kota di Indonesia menjadi lebih rendah daripada permukaan laut.
Dampak yang begitu besar, bukan? Sadar tidak sadar, iklim di Indonesia mengalami perubahan yang harus kita lalui dengan cuaca ekstrim di berbagai wilayah. Kasus terbaru yaitu NTT dilanda banjir bandang yang sangat meluluhlantakkan kota hingga menimbulkan trauma bagi korban.
Manfaat dan Contoh Wakaf Energi untuk Hari Bumi
1. Wakaf Sumur
Wakaf energi selanjutnya untuk Hari Bumi Sedunia yaitu wakaf sumur. Jenis wakaf ini telah dipraktikkan oleh sahabat nabi, Utsman bin Affan. Sumur tersebut telah berusia 1403 tahun dan airnya masih mengalir hingga saat ini. Flashback sedikit, Sumur Raumah milik Yahudi tersebut merupakan satu-satunya sumber air saat Madinah mengalami paceklik hingga kesulitan air bersih.
Pada saat itu, masyarakat Madinah harus rela antri untuk membeli. Maka, Utsman bin Affan berinisiatif untuk membebaskan sumur tersebut agar semakin banyak masyarakat Madinah yang pakai air bersih. Ia mengajak penduduk untuk patungan dengan komposisi sebagian besar dana berasal dari kantong pribadinya.
Sumur menjadi persediaan air saat kemarau. Akan tetapi, dilansir data dari Kompas.com, hanya 20% penduduk Indonesia yang memiliki akses air bersih. Maka dari itu, yuk, bahagiakan mereka dengan membuat lingkungan yang lebih baik. Makin hijau sebuah tatanan, maka air semakin mudah didapatkan.
2. Wakaf Hutan
Hutan dapat ditanam di atas tanah wakaf untuk memberi manfaat ekologi, ekonomi, dan kesejahteraan. Selain sebagai resapan air dan gas rumah kaca, banyak perekonomian masyarakat lokal yang bergantung pada kondisi hutan. Sekali dirusak, maka mereka kebingungan mencari dan mendapatkan nafkah. Data dari BPS tahun 2019 menyatakan bahwa satu dari tiga masyarakat miskin hidup di dalam dan sekitar hutan.
Baca juga: Cara Nyata Menghadapi Perubahan Iklim Berdasarkan Hadits Menjaga Lingkungan
Sudah seharusnya lembaga zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) berkontribusi dalam pengembangan hutan wakaf demi kesejahteraan masyarakat dan Bumi ini. Institusi ZISWAF harus berupaya mendorong Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa wakaf hutan dan pemerintah sebagai regulator. Dengan demikian, gerakan wakaf energi ini tidak berjalan setengah-setengah.
3. Wakaf Panel Surya
Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia mendukung gerakan wakaf energi dalam bentuk wakaf panel surya sebagai sumber daya terbarukan. Benda terebut mengubah energi cahaya menjadi listrik. Matahari merupakan sumber cahaya terkuat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan aktivitas sehari-hari yang ramah lingkungan.
Itulah manfaat wakaf energi untuk Hari Bumi Sedunia sekaligus mengatasi darurat dampak perubahan iklim. Tidak ada gunanya mengelak peristiwa ilmiah ini. Maka dari itu, Dompet Dhuafa mengajak Anda untuk berkontribusi secara progresif untuk memperbaiki Bumi titipan Allah dengan berwakaf, salah satunya wakaf sumur. Tunjukkan kepedulianmu dengan donasi kebaikan wakaf online di banner bawah atau klik di sini!