Skip to content

Memaknai Kehilangan

memaknai kehilangan“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 156)

Sahabat, pernahkah mengalami kehilangan? Entah kehilangan suatu barang, kehilangan orang terdekat, kehilangan popularitas, kehilangan pekerjaan, atau kehilangan hal berharga lainnya?

Kita sering merasa bersedih ketika kehilangan dan menganggap kesedihan itu adalah hal yang wajar. Memang hal ini sangat manusiawi, namun jika memaknai lebih dalam, kita akan menyadari bahwa sebenarnya kita tak pernah benar-benar kehilangan apapun.

Pasalnya, segala yang kita miliki merupakan titipan Allah, atau ujian dariNya, bukan benar-benar kepunyaan kita. Baik itu berupa orang-orang tercinta, kedudukan dan jabatan, maupun harta benda.

Logikanya, jika telah menyadari bahwa kita sebenarnya tak memiliki apa-apa, mana mungkin kita bisa menyatakan telah kehilangan sesuatu?

Itulah sebabnya orang-orang yang mendapat keberkahan sempurna serta petunjuk dari Allah sangat mengetahui hal ini, dan alih-alih merasa sedih telah kehilangan… Mereka akan menghibur diri dengan mengucapkan “Innalillaahi wa inna ilaihi rojiun” yang bermakna “Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali padaNya”. Mereka tahu bukan sedang kehilangan sesuatu, melainkan ada ‘titipan’ yang sudah harus dikembalikan.

Dengan perspektif yang berbeda mengenai makna ‘kehilangan’ ini, sebenarnya banyak keuntungan yang bisa kita peroleh, di antaranya sebagai berikut:

1. Tidak merasa stres apalagi depresi

Orang-orang yang beriman, terutama yang Allah karuniai sifat sabar, biasanya tidak mudah merasa stres. Itulah sebabnya Allah menyatakan kesabaran merupakan pemberianNya yang terbaik pada seorang hamba:

“…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)

Bayangkan betapa bahayanya stres untuk kesehatan fisik dan jiwa, banyak orang yang lumpuh badannya akibat rentan terkena stres, sedikit masalah menerpa langsung membuatnya sakit. Jiwanya mudah terguncang hanya karena ‘kehilangan’ hal sepele.

Kecurian mobil, langsung tidak bisa makan. Kehilangan orangtua, langsung meratap berhari-hari. Kehilangan jabatan langsung rusak mentalnya.

Oleh sebab itu, menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan PASTI kembali pada Allah, semestinya bisa membuat hati kita lapang, karena tahu bahwa selama hidup ini kita hanya mendapat titipan saja.

Mata, hidung, telinga, rumah, mobil, orangtua, anak, jabatan, semuanya hanya ‘barang titipan’ yang sewaktu-waktu akan diminta kembalikan oleh yang punya. Maka tugas kita hanyalah mengikhlaskan ketika si pemiliki meminta miliknya dibalikkan. Bukankah begitu lebih melegakan?

2. Mudah mendapatkan rezeki pengganti

Sungguh dahsyat orang yang menyadari bahwa ia tak pernah kehilangan apapun, biasanya akan lebih cepat memperoleh pengganti dari apa yang Allah ‘ambil’ darinya. Ini disebabkan Allah Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya yang beriman.

Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah Swt akan memberikan pahala kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih baik” (HR. Muslim)

3. Mendapat petunjuk Allah

Jika kita memahami bahwa ‘kehilangan’ merupakan suatu keniscayaan karena segalanya akan kembali pada Allah, maka Allah akan memberi petunjuk pada hati kita dalam menjalani kehidupan ini.

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Thaghabun: 11)

Sahabat, semoga kita termasuk golongan orang-orang beriman yang sabar dan paham bahwa hakikat kehilangan adalah kebaikan untuk diri kita, karena Allah telah meminta kembali apa yang pernah Ia titipkan.

Dan perlu digarisbawahi; Allah selalu memberi kompensasi yang sepadan bahkan lebih untuk orang-orang yang berhasil menjaga titipanNya. Maka, ‘nikmatilah’ kehilangan dengan mengatakan “Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un”. Wallaahualam. (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa