Skip to content

Memberi Nilai pada Apa yang Kita Lakukan

Melatih diri agar mendapat nilai perbuatan yang tinggi

“Sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari)

Seorang tukang bangunan yang sedang menumpuk batu bata ditanya, “Apa yang sedang Anda lakukan?”

Dia menjawab dengan ogah-ogahan, “Apakah Anda tidak bisa melihat? Saya sedang menumpuk batu!”

Tukang bangunan lainnya, yang juga sedang menumpuk batu, ditanya pula apa yang sedang dilakukannya.

Tukang kedua ini menjawab, “Saya sedang membangun dinding!”

Lalu, tukang bangunan ketiga, yang sama-sama sedang menumpuk batu, namun dengan senyum sumringah di pipinya, ditanya pula apa yang dilakukannya.

Tukang ketiga ini menjawab, “Saya sedang membangun sebuah masjid yang megah, akan ada banyak jamaah shalat yang hadir ke masjid ini, dan saya akan memastikan tiap dindingnya berdiri kokoh untuk melindungi para jamaah dari panas, angin, dan hujan!”

Satu pertanyaan sama, satu pekerjaan sama, namun dijawab berlainan oleh 3 tukang bangunan yang memang memiliki pandangan berbeda.

Sahabat, kita semua tentu bisa menebak tukang bangunan manakah yang akan bekerja paling giat, paling semangat, dan bisa jadi paling cepat! Ini semua karena kita telah bisa membaca niatnya dari cara ia menjawab pertanyaan.

Rasanya kita juga bisa menebak dengan tepat tukang bangunan manakah yang akan malas-malasan bekerja, cenderung asal-asalan, dan terlihat tidak bahagia selama melakukan pekerjaannya?!

Sadarkah bahwa diri kita pun sama? Sebagai muslim, mungkin kita sama dengan ratusan juta muslim lainnya yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, bersedekah, berhaji dan berkurban, akan tetapi nilai ibadah yang kita lakukan belum tentu sama!

Ada yang bersedekah sekadar untuk pencitraan, membangun imej sebagai seorang kaya yang dermawan. Ada pula yang bersedekah untuk dijauhkan dari bala dan musibah serta disembuhkan dari penyakit. Atau bersedekah agar mendapat ganti rezeki senilai 10 kali lipat dari yang dikeluarkannya.

Akan tetapi ada pula yang bersedekah karena ia menyadari benar bahwa di dalam penghasilan yang didapatnya ada hak untuk orang lain yang membutuhkan, sehingga dengan mengeluarkan sedekah tersebut, ia berharap Allah ridho padanya.

Sama perbuatannya, namun beda-beda nilai yang dikandungnya. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk melatih diri agar selalu memberi nilai tinggi pada perbuatan yang kita lakukan.

Bagaimana cara agar terlatih memberi nilai tinggi pada setiap perbuatan yang dikerjakan?

1. Tidak menyepelekan perbuatan baik sekecil apapun!

Mengapa kita berani memandang remeh perbuatan yang tampak bernilai sepele?

Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722.

2. Menghubungkan segala perbuatan dengan negeri akhirat!

Mengapa kita tidur malam hanya sekadar karena mengantuk dan lelah? Berilah nilai yang lebih tinggi, kaitkan dengan negeri akhirat! Jadikan tidur bernilai ibadah!

Bahwasanya tidur malam dapat membuat tubuh dan otak beristirahat, sehingga kinerja keesokan harinya akan jauh lebih baik dan sanggup menghasilkan kinerja dua kali lipat dari biasanya.

Demikian juga mandi, niatkanlah mandi sebagai ibadah karena Islam senantiasa mengajarkan kebersihan. Mengapa kita hanya sekadar mandi tanpa merasa sayang aktivitas tersebut tidak dikaitkan dengan negeri akhirat?

Segala perbuatan yang biasa sekalipun, bisa bernilai tinggi jika kita menyadari fungsinya untuk kehidupan akhirat kita kelak, in syaa Allah.

3. Melakukan amalan dengan sebaik-baiknya

Punya potensi 10, maka lakukanlah segala amalan dengan nilai 10, jangan hanya 6 atau 5!

Betapa banyak orang yang tak mengeluarkan potensi terbaiknya ketika bekerja atau berbuat sesuatu kebaikan, padahal Allah menguji kita untuk melihat amal terbaik yang bisa kita lakukan selama hidup.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2)

4. Menyadari adanya mandor ghaib yang selalu mengawasi dan mencatat apa yang kita perbuat!

Kita sering melakukan perbuatan tanpa nilai, sekadar berbuat sebagaimana tukang bangunan 1, karena tak menyadari adanya malaikat pengawas, bahkan bisa jadi tak menyadari pula bahwa Allah senantiasa melihat apa yang kita kerjakan.

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Infithar: 10-12)

5. Paham bahwa apapun yang kita lakukan akan berbalik pada diri sendiri

Apakah kita mengira perbuatan baik kita untuk Allah? Masalahnya Allah tak butuh sama sekali amal ibadah kita.

Ia menyuruh kita beribadah padaNya untuk menolong diri kita sendiri. Dengan menyadari hal ini, semestinya kita lebih semangat memberi nilai pada perbuatan apapun yang kita lakukan, karena toh kebaikannya kita sendiri yang rasakan.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,……”(QS. Al Isra : 7)

6. Mewaspadai riya

Riya merupakan pengali angka nol. Sejuta amalan pun kita lakukan, ketika terselip keinginan dilihat atau disanjung manusia lain, sama saja dengan sejuta dikali nol, nilainya tak ada sama sekali!

Jika ingin perbuatan kita bernilai tinggi, waspadai riya!

Sahabat, semoga Allah memampukan kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan dengan nilai yang tinggi di hadapannya. Jangan sampai kita merugi karena tak pernah meniatkan keridhoan Allah atas segala aktivitas yang kita kerjakan di dunia ini, padahal Allah menciptakan kita hanya untuk beribadah padaNya. Mari jadikan semua perbuatan kita bernilai ibadah! (SH)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa