Sahabat, pernahkah membaca penelitian pada tahun 1960-an tentang kemampuan menahan diri yang biasa dikenal dengan The Marshmallow Test?
Seorang pakar psikologi bernama Walter Mischel melakukan uji coba terhadap 653 orang anak usia 4-5 tahun. Anak-anak ini diminta duduk dalam sebuah ruangan dengan sebuah marshmallow di hadapan mereka.
Mereka diberitahukan satu aturan, bahwa mereka boleh langsung memakan marshmallow tersebut, atau menunggu 15 menit jika ingin mendapat tambahan marshmallow lagi.
Ternyata dari 653 anak yang diuji, hanya 3 anak yang berhasil lulus tes menahan diri selama 15 menit, dan berhak mendapat marshmallow tambahan.
650 anak lainnya gagal menahan diri mereka untuk tidak memakan marshmallow tersebut meski dengan tingkat kegagalan yang berbeda-beda, ada yang hanya tahan semenit, lima menit, atau bahkan sepuluh menit.
Dua puluh tahun setelah tes tersebut, Walter Mischel kembali mendata 653 orang yang pernah mengikuti The Marshmallow Testnya.
Hasilnya adalah semakin lama anak-anak mampu menahan diri untuk tidak mengambil marshmallow tersebut, semakin tinggi pula daya konsentrasi dan logikanya. Dalam hal persahabatan, anak-anak yang mampu menahan diri pun relatif bisa menjaga hubungan baik dan bertahan di bawah tekanan.
Kesimpulannya, anak yang dapat menahan dirinya lebih lama ternyata memiliki masa depan yang lebih baik, dikarenakan mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan keinginannya dan bersabar demi mendapatkan kebaikan lebih banyak.
Sahabat, sadarkah kita bahwa sebagai seorang muslim, apalagi yang mengaku diri beriman pada Allah, sesungguhnya kita selalu diminta untuk memperkuat kemampuan menahan diri, agar menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.
“Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang baik.” (QS. Al Ma’aarij: 5)
Bahkan setiap tahunnya, kaum muslimin memiliki satu bulan khusus untuk menempa kemampuan menahan diri, yakni di bulan Ramadhan.
Jelas bahwa kemampuan menahan diri dengan baik merupakan salah satu ciri orang beriman yang tak mungkin bisa dilepaskan dari dirinya.
Bukankah orang yang beriman akan lebih memilih diam daripada mengatakan hal tercela? Lebih memilih menahan diri dari keluhan meskipun sangat banyak yang ingin dikeluhkan? Juga mampu menahan diri dari amarahnya, meskipun sebenarnya ia mampu melampiaskannya!
Sahabat, sungguh besar manfaat kemampuan menahan diri ini untuk masa depan kita baik di dunia maupun akhirat, di antaranya:
1. Orang yang mampu menahan diri memiliki kesehatan yang lebih baik
Lihatlah orang yang terkena penyakit berat, misalnya stroke, jantung koroner, atau penyakit ‘mahal’ lainnya, biasanya mereka terkena penyakit tersebut disebabkan kekurangmampuan menahan diri, entah menahan diri dari amarah, emosi negatif, atau ketidakmampuan menahan nafsu makan makanan enak yang ‘berdosa’.
Jelas terlihat bahwa kemampuan menahan diri membawa dampak baik untuk kesehatan.
2. Lebih disenangi dalam lingkungan pergaulan
Siapa yang senang dengan orang yang mudah tersinggung? Tentu tidak ada! Sedikit-sedikit ngambek, emosi, dan menuntut perhatian lebih.
Lingkungan pergaulan manusia secara alami akan lebih menyukai orang-orang yang memiliki kemampuan menahan dirinya dengan baik. Misalnya mereka yang bisa tetap tersenyum meski sedang menghadapi masalah, mereka yang tetap bisa berbagi meskipun sedang dilanda kekurangan, atau mereka yang masih bisa tetap waras menghadapi atasan yang gila hormat.
Orang-orang dengan kemampuan menahan diri yang bagus akan cenderung lebih disukai dalam lingkungan pergaulan.
3. Lebih mudah merasa bahagia
Orang yang memiliki kemampuan menahan diri cenderung bisa lebih mudah bahagia. Ini disebabkan mereka punya kemampuan untuk menghibur dirinya sendiri.
Pada penelitian The Marshmallow Test, anak-anak yang berhasil lebih lama menahan diri untuk tidak memakan marshmallow di hadapannya, biasanya melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya sendiri.
Misalnya mereka bernyanyi, memainkan jari, atau melakukan apapun yang membuatnya tak memikirkan marshmallow selama beberapa menit. Bukankah ini adalah keterampilan luar biasa yang seharusnya kita latih agar mudah merasa bahagia dalam kehidupan?
Sahabat, sebagai muslim semestinya kita memiliki kemampuan menahan diri yang luar biasa. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Bukankah beliau lebih memilih untuk hidup zuhud padahal mampu hidup bermegah-megahan? Beliau memilih untuk mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang melemparinya batu daripada membalas perlakuan buruk tersebut dengan memohon azab ditimpakan untuk mereka?
Jika kita belum memiliki kemampuan tinggi untuk menahan diri, misalnya masih mudah marah, masih gampang mengeluh, masih sukar menyedikitkan makan dan tidur, sangat mungkin dikarenakan keimanan kita belum cukup kuat.
Jika iman kita tak cukup kuat, kemungkinan besar kita kesulitan mengendalikan diri dan akan mendapat banyak masalah di dunia ini, lalu bagaimana mungkin kita mengharap kebahagiaan abadi di negeri akhirat?
Mari belajar menahan diri agar derajat kita semakin tinggi, baik di hadapan manusia terlebih lagi di hadapan Allah. (SH)