Skip to content

Kisah Ustazah Hamidah: Anak-anak Inilah Alasan Saya Tetap Mengajar di Cianjur

Ustazah Hamidah bersama anak-anak Penyitas Gempa Cianjur

Usai azan zuhur berkumandang, anak-anak berlarian menuju masjid al-Barakah untuk menunaikan ibadah zalat Zuhur berjamaah. Imam salat telah purna berdiri dan memimpin salat Zuhur dengan syahdu, segala aktivitas pada siang itu seketika berhenti. Sehingga timbul rasa tenang saat sujud kepada yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang.

Salam terucap dari lisan imam yang menandakan salat Zuhur telah purna dilaksanakan. Tepat sebelum imam memulai wirid selepas salat, anak-anak berhamburan keluar masjid. Para jemaah salat mewajarkan anak-anak tersebut, sebab kehadiran mereka pada waktu salat di masjid merupakan sebuah karunia bagi kemakmuran masjid di waktu yang akan datang. Sebab pada anak-anak itulah estafet dakwah Islam akan terus disyiarkan.

Berhamburnya anak-anak keluar masjid bukan untuk sekadar bermain, melainkan berlomba-lomba untuk hadir ke madrasah yang berada tepat di samping masjid Al-Barakah. Mereka mendapat pengajaran berupa baca tulis al-Qur’an serta selawat dan kisah para nabi dari Ustazah Hamidah.

Memutar Memori Masa-Masa Indah Sebelum Gempa Cianjur

Begitulah kurang lebih aktivitas anak-anak Cianjur sebelum gempa Canjur tahun lalu meluluhlantakkan masjid dan madrasah mereka sebagaimana yang dituturkan oleh Ustazah Hamidah saat ditemui pada Senin (11/9/2023) di Kp. Ranca Picung, Desa Cibulakan, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Ustazah Hamidah menyampaikan bahwa dia telah mengajar mengaji sejak berusia 15 tahun. Sebelumnya dia telah menimba ilmu pada salah satu pesantren yang berada di Sukabumi, Jawa Barat. “Saat ini saya masih ingin melanjtkan belajar agar mampu memberikan ilmu kepada anak-anak di sini,” ungkapnya.

Gempa yang menghantam Cianjur tentu meninggalkan trauma bagi siapa saja yang mengalaminya. Termasuk ustazah Hamidah dan anak-anak. “Dulu pas kejadian gempa, saya baru saja bersiap diri utuk mengajar. Tapi pas saya mau keluar rumah tetiba gempa terjadi dan anak-anak berteriak minta tolong. Saat itu saya serasa ingin pingsan,” tuturnya sambil menunduk dan mengingat memori kelam tersebut.

Kini hampir genap setahun gempa mengguncang Cianjur.Kenangan indah saat belajar mengajar masih tertanam kuat di benak Ustazah Hamidah juga anak-anak. Namun, saat ini mereka terpaksa belajar mengaji di tenda darurat dan tetap didampingi oleh Ustazah Hamidah. “Karena anak-anak inilah, alasan saya tetap mengajar di Cianjur,” katanya saat ditemui di tenda darurat yang berada tepat di samping Masjid Al-barakah yang sedang direnovasi oleh Dompet Dhuafa melalui program wakaf bedah surau.

Baca Juga : Cianjur Bangkit, Merajut Asa di Tengah Keterbatasan Dampak Gempa

Ustazah Hamidah, Pengajar Quran di Wilayah Akibat Gempa Cianjur

Ustazah Hamidah Sedang Mengajar Anak-anak Penyitas Gempa Cianjur

Semangat anak-anak penyitas gempa Cianjur untuk belajar mengaji

Kabar Baik Dari Orang Baik Untuk Orang Baik

Jika kamu berbuat baik, sejatinya kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu akan kembali pada dirimu sendiri. Penggalayan ayat ketujuh dari surat al-Isra tersebut menjadi hukum yang berlaku dalam kehidupan manusia di dunia. Kadang balasannya langsung di dunia, kadang juga ditunda di akhirat. Entah di manapun, namun yang jelas balasan tersebut ada dan nyata.

Apapun amalan yang kita tunaikan adalah bekal kita untuk di kemudian hari dan yang paling diuntungkan dari amalan yang kita tunaikan adalah diri kita sendiri. Baik dengan berwakaf, berbagi ilmu, atau mendoakan kebaikan untuk orang lain.

Begitu juga apa yang dilakukan oleh Ustazah Hamidah, dia tetap mengajar di tenda darurat setelah masjidnya rebah di tanah akibat gempa di Cianjur. Ustzah Hamidah tetap menebar kebaikan di tengah kesulitan. Sebab dia yakin, kebaikan yang dia tanam hari ini, akan dia tuai di kemudian hari dan menadi bekal di akhirat nanti.

Bahkan menurut penuturannya, Ustazah Hamidah rela tidak diupah sama sekali. Alasan dia mengajar hanya karena melihat semangat anak-anak untuk mengaji walau di tengah kesulitan. “Mengaji di tenda darurat tidak mengecilkan semangat mereka untuk belajar mengaji. Hal itu yang membuat saya ingin terus mengajar,” katanya.

Beberapa waktu kemudian, Ustazah Hamidah dan warga desa Cugenang mendapat kabar gembira. Setelah melalui assessment dengan teliti dan terukur, Dompet Dhuafa memilih masjid al-Barakah untuk direnovasi melalui program Wakaf Cianjur Bangkit. Kebaikan wakaf donatur yang telah terkumpul disalurkan untuk membangun kembali rumah ibadah dan tempat belajar mengaji anak-anak di desa Cugenang, Cianjur, Jawa Barat.

Baca Juga : Program Wakaf Cianjur Bangkit, Bangun Kembali Masjid Al-Barakah  

Progres renovasi masjid Al-Barakah berjalan lancar. Hal itu memantapkan niat Ustazah Hamidah untuk mengabdi di desanya. “Alhamdulillah senang sekali mendapat kabar baik itu. Saya sangat bersyukur. Anak-anak juga terlihat gembira,” ungkapnya penuh bahagia.

Saat ini renovasi masjid telah rampung. Rencananya akan diselenggarakan doa bersama antara Dompet Dhuafa dan masyarakat sekitar dalam rangka mensyukuri nikmat dari Allah melalui kebaikan para donatur atas selesainya pembangunan masjid al-Barakah. Semoga Allah membalas kebaikan kita semua dengan sebaik-baiknya ganjaran dan pahala yang mengalir abadi. (Hafiz)

pahala wakaf mengalir abadi. tabungwakaf dompet dhuafa